JagatBisnis.com – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengakui bahwa produksi beras tahun ini mengalami penurunan signifikan, yang berpotensi menyebabkan harga beras naik di akhir tahun. Deputi II Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi, Nyoto Suwignyo, menyatakan bahwa total produksi beras berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) diperkirakan hanya mencapai 30,34 juta ton.
Angka tersebut menunjukkan penurunan sebanyak 760 ribu ton atau sekitar 2,44% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. “Penurunan produksi ini berpotensi menyebabkan kenaikan harga beras pada akhir tahun, seperti tren tahun sebelumnya,” jelas Nyoto dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Mingguan pada Senin, 28 Oktober 2024.
Antisipasi Kenaikan Harga Beras
Nyoto menegaskan pentingnya upaya kolaboratif antara pemerintah pusat dan daerah untuk mencegah serta menanggulangi potensi kenaikan harga beras. Ia juga menyampaikan bahwa saat ini cadangan beras Bulog berada di angka 1,5 juta ton, yang terdiri dari 1,25 juta ton stok cadangan beras pemerintah (CBP) dan 270 ribu ton stok beras komersial.
Untuk mengatasi situasi ini, Bapanas telah menugaskan Bulog untuk memaksimalkan penyerapan beras lokal, baik melalui skema BSO (Beras Sejahtera) maupun komersial. “Penting bagi kita untuk menjaga stok CBP agar berada di atas 1 juta ton sebagai langkah antisipasi stabilisasi harga di akhir tahun dan carry over di awal tahun,” tambahnya.
Kesimpulan
Dengan adanya penurunan produksi beras yang signifikan, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga stabilitas harga dan memastikan ketersediaan pangan. Keterlibatan aktif dari semua pihak, termasuk Bulog dan pemerintah daerah, sangat diperlukan untuk mencegah dampak buruk bagi masyarakat di tengah potensi kenaikan harga beras. (Hky)