JagatBisnis.com – PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 3 triliun dari total penjualan sebesar Rp 27,4 triliun pada kuartal III-2024. Meskipun masih dalam fase pemulihan, perusahaan ini menunjukkan ketangguhan di tengah kompleksitas kondisi eksternal yang ada.
Presiden Direktur Unilever Indonesia, Benjie Yap, menjelaskan bahwa perusahaan berfokus pada penguatan lini-lini penting, termasuk kategori produk, distribusi, pengendalian biaya, dan struktur organisasi. “Kami terus melakukan penyegaran pada merek-merek utama seperti Tresemme Serum, Pond’s Sun Serum, dan Royco Saus Tiram. Langkah ini telah mendatangkan respon positif dari pasar dan meningkatkan kontribusi terhadap kinerja perusahaan,” ungkapnya.
Strategi Transformasi yang Berfokus pada Efisiensi
Sebagai bagian dari strategi transformatif, Unilever juga menekankan pentingnya tata kelola inventori dan distribusi yang efektif. Perusahaan memaksimalkan saluran digital untuk memenuhi preferensi pasar, sekaligus mengoptimalkan biaya promosi dan distribusi.
Dalam pernyataannya, Benjie menekankan bahwa prioritas utama Unilever adalah penataan alokasi sumber daya yang tepat agar sejalan dengan strategi jangka panjang perusahaan. Transformasi ini juga mencakup perubahan kepemimpinan yang bertujuan untuk menciptakan organisasi yang adaptif, inovatif, dan siap menghadapi perubahan pasar.
“Kami berkomitmen untuk bangkit lebih kuat dan siap meraih peluang di masa depan,” tambahnya.
Budaya Inovasi dan Perbaikan Berkelanjutan
Benjie juga menegaskan pentingnya membawa budaya perbaikan berkelanjutan dan inovasi ke dalam perusahaan. “Kami terus fokus pada inovasi berkualitas bagi konsumen sambil menavigasi lanskap pasar yang semakin berkembang,” ujarnya.
Pakar transformasi organisasi dan Human Capital Expert, Lucia Nanny Lusida, memberikan dukungan terhadap langkah transformasi Unilever. Menurut Lucia, integrasi sumber daya—mulai dari modal, teknologi, hingga kekayaan intelektual—merupakan langkah penting untuk meningkatkan efisiensi dan responsivitas terhadap dinamika pasar yang kompleks. “Transformasi ini memungkinkan perusahaan untuk lebih gesit dalam menanggapi perubahan tren konsumen,” jelasnya.
Tantangan Ketenagakerjaan di Indonesia
Lucia juga menyoroti tantangan yang dihadapi dalam sektor ketenagakerjaan di Indonesia, di mana terdapat kesenjangan antara jumlah lulusan baru dan lapangan kerja yang tersedia. Menurutnya, paradigma yang perlu diubah adalah dari “mencari kerja tetap” menjadi “tetap kerja” untuk beradaptasi dengan dunia kerja yang terus berkembang.
Dengan langkah-langkah strategis yang diambil, Unilever Indonesia berkomitmen untuk terus berinovasi dan mengoptimalkan sumber daya, sehingga siap menghadapi tantangan dan meraih peluang di masa depan. (mhd)