JagatBisnis.com – Emiten-emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan akan merilis laporan keuangan kuartal III 2024 pada akhir bulan ini. Salah satu yang menarik perhatian adalah PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), atau lebih dikenal sebagai Mitratel. Sentimen positif menyelimuti saham ini, terutama menjelang pengumuman kinerja.
Dalam sepekan terakhir, investor asing memborong saham MTEL senilai Rp 15,56 miliar, dan selama sebulan terakhir, net buy mencapai Rp 55,25 miliar. Bahkan, dalam tiga bulan terakhir, angka net buy hampir mencapai Rp 76 miliar.
Berdasarkan konsensus Bloomberg, 26 analis telah melakukan riset terhadap saham emiten menara telekomunikasi milik Grup Telkom ini. Hasilnya menunjukkan mayoritas analis, yaitu 92%, merekomendasikan untuk membeli saham MTEL. Analis dari Mirae Asset Sekuritas memberikan target harga Rp 790, sementara Sinarmas Sekuritas menaikkan target harga dari Rp 845 menjadi Rp 860 per saham. Analis Trimegah Sekuritas juga optimis dengan target harga Rp 720 per saham.
Dari segi teknikal, Hadiyansyah dari Mandiri Sekuritas mencatat bahwa pola candlestick MTEL menunjukkan long white candle, yang mengindikasikan sinyal bullish. Ia merekomendasikan untuk membeli dengan support di Rp 640 dan resistance di Rp 665.
Menurut analis Mirae Asset Sekuritas, Jonghoon Wo, MTEL diperkirakan dapat mempertahankan pertumbuhan yang tinggi, terutama didorong oleh lini bisnis kabel optik. Yang menarik, MTEL memiliki ketergantungan pendapatan terendah pada XL Axiata dan Smartfren, yaitu di bawah 15%. Dengan demikian, dampak dari rencana merger kedua emiten telekomunikasi tersebut diperkirakan minimal terhadap kinerja MTEL.
Mengacu pada konsolidasi sebelumnya di industri telekomunikasi, entitas hasil merger cenderung akan meninjau ulang sewa menara dan infrastruktur yang berdekatan. Namun, mereka juga akan tetap melakukan ekspansi ke daerah-daerah dengan penetrasi pasar rendah. Dalam konteks ini, MTEL memiliki keunggulan dengan jaringan infrastruktur telekomunikasi yang merata di seluruh Indonesia.
Hingga akhir Juni 2024, MTEL mengoperasikan 38.581 menara, di mana 41% atau 15.974 menara berlokasi di Jawa, sementara 59% atau 22.607 menara berada di luar Pulau Jawa. Dengan penguasaan pasar yang dominan di luar Pulau Jawa, MTEL diyakini akan menjadi mitra strategis bagi operator telekomunikasi yang ingin berekspansi.
Katalis positif lainnya datang dari penurunan suku bunga acuan yang diperkirakan akan terjadi pada semester kedua tahun ini. Hal ini dapat menurunkan biaya pinjaman, dan MTEL mencatat rasio utang terendah dibandingkan pemain lain, memberikan ruang untuk menarik pinjaman jika diperlukan untuk ekspansi.
“Penurunan suku bunga di semester kedua 2024 akan berdampak positif terhadap penilaian sektor ini secara keseluruhan,” ujar Jonghoon, yang diutip pada Selasa, 22 Oktober.
Dengan sentimen positif dan fondasi yang kuat, saham MTEL menjadi sorotan yang patut diperhatikan menjelang pengumuman kinerja keuangan mereka. (Mhd)