JagatBisnis.com – Kinerja PT Bukit Asam Tbk (PTBA) diprediksi akan mengalami perbaikan di semester kedua tahun 2024, didorong oleh kenaikan harga batubara dan potensi penerapan skema Mitra Instansi Pengelola (MIP). Analis dari KB Valbury Sekuritas, Benyamin Mikael, mencatat bahwa meski laba bersih PTBA mencapai Rp 1,24 triliun pada kuartal kedua 2024—turun 23% secara tahunan tetapi meningkat 57% secara kuartalan—prospek ke depan terlihat lebih optimis.
Kinerja Terkini
Sepanjang periode Januari hingga Juni 2024, PTBA mencatatkan laba bersih kumulatif sebesar Rp 2,03 triliun, turun 26,8% dibandingkan tahun lalu. Meskipun pendapatan meningkat berkat volume penjualan yang lebih tinggi, laba bersih tergerus oleh penurunan harga jual rata-rata (ASP) batubara dan penurunan pendapatan dari perusahaan asosiasi.
Faktor Pendukung di Depan
Benyamin menjelaskan bahwa meskipun harga batubara Newcastle mungkin tidak berdampak besar pada harga batubara Indonesia, terdapat harapan untuk sedikit kenaikan pada kuartal keempat, seiring dengan permintaan energi yang mungkin meningkat menjelang musim dingin. Wood Mackenzie memprediksi surplus batubara termal sebesar 8 juta ton untuk tahun 2024, namun optimisme tetap ada dengan proyeksi harga ICI 3 dan ICI 4 yang sedikit lebih tinggi.
Inisiatif dan Efisiensi
PTBA juga dapat meningkatkan volume penjualan melalui inisiatif pengangkutan pasar ekspor yang telah dimulai pada Mei 2024. Selain itu, pengurangan biaya tunai diharapkan akan terjadi seiring menipisnya persediaan lama yang berbiaya lebih tinggi. Berdasarkan analisis terbaru, laba bersih PTBA diperkirakan mencapai Rp 4,3 triliun untuk tahun 2024.
Katalis untuk Kenaikan Harga Batubara
Junior Equity Analyst dari Pilarmas Investindo Sekuritas, Arinda Izzaty Hafiya, mengidentifikasi tiga faktor utama yang berpotensi meningkatkan harga batubara:
- Stimulus Ekonomi di China: Sebagai konsumen utama batubara dunia, stimulus ekonomi di China diharapkan dapat meningkatkan permintaan.
- Tensi Geopolitik: Ketegangan di Timur Tengah yang mempengaruhi pasokan energi global dapat mengalihkan perhatian pasar ke batubara sebagai aset yang lebih aman.
- Pola Musiman: Permintaan batubara biasanya meningkat menjelang musim dingin di akhir tahun.
Arinda memperkirakan harga batubara dapat mencapai level US$ 160 per ton menjelang akhir tahun 2024.
Rekomendasi dan Prospek
Dari hasil analisis, baik Benyamin maupun Arinda merekomendasikan untuk membeli saham PTBA, dengan target harga masing-masing Rp 3.080 dan Rp 3.500 per saham. Dengan skema MIP yang diperkirakan akan diterapkan pemerintah, PTBA sebagai salah satu emiten dengan porsi besar dalam penjualan domestik diharapkan akan mendapatkan keuntungan dari kebijakan ini.
Dengan berbagai faktor yang mendukung, PTBA tampak berada pada jalur yang baik untuk mencapai kinerja yang lebih baik di semester kedua 2024. (Zan)