JagatBisnis.com – Angkatan bersenjata Filipina, Amerika Serikat, Australia, Kanada, Prancis, dan Jepang baru-baru ini memulai latihan angkatan laut gabungan di lepas pantai pulau Luzon, Filipina, yang menghadap ke Taiwan. Latihan yang melibatkan hampir seribu pelaut dan personel ini merupakan kegiatan intensitas tinggi yang fokus pada peperangan antikapal selam, antipermukaan, dan antiudara.
Membangun Kemitraan Strategis
Laksamana Muda Angkatan Laut AS, Todd Cimicata, menjelaskan kepada wartawan di pelabuhan Subic, dekat Manila, bahwa latihan ini bertujuan untuk membangun kemitraan dengan sekutu-sekutu utama. “Latihan ini tidak ditujukan untuk mengusik siapa pun. Tujuannya adalah untuk interoperabilitas,” tegas Cimicata.
Latihan selama sembilan hari ini akan mempertemukan sejumlah kapal dan pesawat canggih, termasuk kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke milik Angkatan Laut AS, USS Howard, fregat kelas Halifax milik Kanada, HMCS Vancouver, serta berbagai pesawat dari Jepang dan Filipina.
Menanggapi Tension di Laut Cina Selatan
Meskipun latihan ini diadakan hanya beberapa hari setelah militer Tiongkok melakukan manuver di wilayah sengketa Laut Cina Selatan, Cimicata menekankan bahwa latihan tersebut telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya. Tiongkok mengklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan, yang tumpang tindih dengan klaim negara-negara tetangga seperti Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam, menyebabkan ketegangan di kawasan.
Latihan Bersama yang Berkelanjutan
Bulan lalu, AS juga melaksanakan latihan maritim gabungan dengan Australia, Jepang, Filipina, dan Selandia Baru. Pasukan Rotasi Marinir Washington – Asia Tenggara (MRF-SEA) berencana untuk berpartisipasi dalam sedikitnya delapan latihan tahun ini dan tahun depan, termasuk penugasan di Malaysia, Brunei, dan Indonesia. Kolonel Stuart Glenn, komandan MRF-SEA, menyatakan, “Ini adalah formasi terkuat yang pernah kami miliki. Mereka juga melaksanakan latihan terbanyak sejak dimulainya MRF-SEA.”
Kesimpulan
Latihan angkatan laut gabungan ini bukan hanya sekadar latihan militer; ini merupakan pernyataan kekuatan dan solidaritas di tengah ketegangan regional. Dengan membangun interoperabilitas antara angkatan bersenjata negara-negara sekutu, latihan ini bertujuan untuk menciptakan stabilitas dan keamanan di kawasan yang strategis dan bergejolak. (Mhd)