JagatBisnis.com – PT Sepatu Bata Tbk (BATA), produsen sepatu terkenal di Indonesia, mencatatkan kinerja keuangan yang kurang memuaskan pada semester pertama tahun 2024. Berdasarkan laporan terbaru yang dirilis melalui Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), BATA mengalami kerugian bersih yang signifikan, mencapai Rp 126,86 miliar. Ini merupakan peningkatan kerugian sebesar 293,71% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana perusahaan mencatat rugi sebesar Rp 32,34 miliar.
Penurunan Pendapatan
Dalam hal pendapatan, BATA mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 260,3 miliar, turun 22,47% dibandingkan dengan semester I-2023 yang mencapai Rp 335,77 miliar. Penjualan pada paruh pertama tahun ini didominasi oleh penjualan domestik yang mencapai Rp 259,52 miliar, sementara penjualan ekspor hanya berkontribusi sebesar Rp 776,38 juta. Ini menunjukkan bahwa 99,7% dari total penjualan BATA berasal dari pasar dalam negeri.
Perubahan Beban
Meskipun penjualan menurun, beban BATA juga mengalami penurunan. Beban penjualan tercatat sebesar Rp 166,97 miliar, turun 15,76% dari Rp 198,22 miliar di semester I-2023. Namun, beban umum dan administrasi juga menurun sebesar 21,57%, dari Rp 57,7 miliar menjadi Rp 45,25 miliar. Ironisnya, beban penjualan dan pemasaran justru meningkat 15,77%, dari Rp 103,17 miliar menjadi Rp 119,44 miliar pada periode yang sama.
Penutupan Pabrik dan Restrukturisasi
Salah satu langkah yang diambil BATA adalah penutupan pabrik di Purwakarta, yang terjadi akibat penurunan permintaan produk dan kapasitas produksi yang berlebih. Penutupan ini dilakukan pada Mei 2024 dan berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan yang telah disetujui dan diselesaikan.
“Grup telah melakukan beberapa kegiatan restrukturisasi, termasuk menutup lebih dari 100 gerai yang merugi untuk kembali memiliki jaringan gerai yang menguntungkan,” ungkap manajemen BATA.
Liabilitas Perusahaan
Hingga semester I-2024, total liabilitas BATA tercatat sebesar Rp 490,57 miliar, terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 442,44 miliar dan liabilitas jangka panjang Rp 48,12 miliar.
Kondisi keuangan yang dihadapi oleh BATA menunjukkan tantangan besar yang harus diatasi, baik dari sisi pendapatan maupun pengelolaan biaya. Dengan langkah-langkah restrukturisasi yang diambil, diharapkan perusahaan dapat kembali ke jalur pertumbuhan yang positif di masa depan. (Hky)