JagatBisnis.com – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) memandang optimisme di tengah penurunan suku bunga yang berpotensi meningkatkan peluang ekspansi dan pertumbuhan bisnis. Manajemen perusahaan telah menegaskan fokus mereka untuk memonetisasi alat produksi dan memperkuat ekosistem menara di semester II 2024, dengan target utama memastikan pertumbuhan yang sehat dan agresif dalam pengembangan portofolio baru, seperti fiber dan energi.
Peluang Ekspansi dan Inovasi
Sukarno Alatas, Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, menjelaskan bahwa langkah ekspansi dan inovasi MTEL memberi peluang besar untuk memperluas jaringan secara efektif. “Dengan peningkatan kapasitas dan kualitas layanan, perusahaan berpotensi menarik lebih banyak pelanggan dan meningkatkan pendapatan berulang,” tuturnya.
Meskipun ekspansi ini diharapkan membawa pertumbuhan pendapatan dalam jangka panjang, Sukarno mencatat bahwa investasi awal memerlukan pendanaan yang cukup besar. Namun, dengan rasio utang MTEL yang relatif rendah, peluang untuk meningkatkan utang guna mendukung ekspansi masih terbuka.
Rasio Utang yang Menguntungkan
Analis dari Sinarmas Sekuritas, Yosua Zisokhi, menyoroti rasio utang MTEL yang terbilang sehat, dengan Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 0,4 kali, jauh di bawah rata-rata industri yang mencapai 2,4 kali. Ini menunjukkan kapasitas MTEL untuk mengambil utang lebih lanjut jika diperlukan. Yosua juga menyebutkan bahwa penurunan suku bunga diharapkan berdampak positif pada laba bersih MTEL. “Perubahan 100 basis poin pada suku bunga efektif bisa mengubah laba bersih hingga 4,6% pada tahun 2025,” ungkapnya.
Pengembangan Fiber dan Teknologi Baru
MTEL aktif mengembangkan bisnis fiber to the tower (FTTT) sebagai pilar utama pendapatan. Hingga semester I 2024, perusahaan telah memiliki 37,6 ribu kilometer kabel serat optik, dengan pertumbuhan 15,6% dari awal tahun. Yosua memproyeksikan bahwa MTEL dapat menambah sekitar 10 ribu kilometer kabel serat optik setiap tahunnya, sehingga pada 2028, segmen serat optik dapat menyumbang 10% dari total pendapatan, meningkat dari 4% pada 2024.
MTEL juga menjajaki teknologi baru, termasuk kolaborasi dengan grup Airbus untuk mengembangkan sistem menara terbang. Ini menunjukkan komitmen MTEL untuk tetap berada di garis depan inovasi dalam industri telekomunikasi.
Solusi Berbagi Antena dan Peluang Baru
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Nico Margaronis, menekankan pentingnya solusi berbagi antena yang diperkenalkan MTEL di Ibu Kota Negara (IKN) baru. Ini dapat mengoptimalkan sumber daya MNO dan menghemat biaya operasional hingga 40%. Selain itu, MTEL juga memperluas penawarannya dengan sistem Starlink dan HAPS untuk meningkatkan cakupan di daerah terpencil, yang bisa menarik 10-20% pelanggan baru.
Proyeksi Pertumbuhan dan Penilaian Saham
BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan pertumbuhan pendapatan organik MTEL sebesar 7% year on year (YoY) pada 2024, didorong oleh proyek-proyek besar dari Telkom dan TSEL. Meskipun ada potensi volatilitas akibat merger XL dan Smartfren, eksposur pendapatan MTEL terhadap kedua operator tersebut tetap rendah, memberikan ruang bagi MTEL untuk memanfaatkan potensi pasca-merger.
Analis memberikan rating positif terhadap saham MTEL, dengan target harga bervariasi: Nico menetapkan target di Rp 960, Sukarno di Rp 650, dan Yosua di Rp 860. Semua ini menunjukkan keyakinan terhadap prospek pertumbuhan yang kuat dalam industri menara dan fiber optik di Indonesia.
Kesimpulan
Dengan berbagai langkah strategis dan dukungan dari penurunan suku bunga, MTEL tampak siap untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang dalam industri telekomunikasi yang terus berkembang. Ekspansi operasional diharapkan dapat mendorong pertumbuhan pendapatan dan EBITDA, dengan fokus pada inovasi dan pengembangan infrastruktur yang semakin canggih. Namun, perusahaan harus tetap waspada terhadap risiko fluktuasi suku bunga dan perubahan regulasi yang dapat memengaruhi kinerja di masa mendatang. (Mhd)