Proyek Hilirisasi Batubara: Langkah Strategis Menuju Peningkatan Nilai Tambah.

Proyek Hilirisasi Batubara: Langkah Strategis Menuju Peningkatan Nilai Tambah. foto dok esdm.go.id

JagatBisnis.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia memastikan bahwa proyek hilirisasi batubara terus berlanjut dengan melibatkan enam perusahaan yang kini tengah melakukan kajian keekonomian dan studi kelayakan. Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara, Surya Herjuna, mengungkapkan, “Untuk hilirisasi masih dalam proses.”

Dalam upaya meningkatkan nilai tambah batubara, pemerintah Indonesia telah menawarkan kepada Tiongkok untuk mengembangkan berbagai produk dari batubara, termasuk peningkatan kualitas batubara, briket, pembuatan kokas, dan likuifikasi batubara. Penawaran ini disampaikan oleh Bambang Suswantono, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, pada ajang The 7th Indonesia China Energy Forum awal September lalu.

Dukungan Pemerintah dan Progres Proyek

Sebagai bagian dari upaya percepatan pengembangan program hilirisasi, pemerintah menyediakan tiga insentif dan mewajibkan perpanjangan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Badan usaha diwajibkan menyampaikan rencana pengembangan dan pemanfaatan batubara. “Saat ini, enam IUPK telah merencanakan pengembangan batubara menjadi gas, pupuk, dan kokas, dengan harapan dapat memulai commissioning pada tahun 2030,” kata Bambang.

Baca Juga :   Portal Geologi Bisa Akses Data Warisan Bumi Secara Mudah

Inisiatif Perusahaan Batubara

Perusahaan-perusahaan batubara di Indonesia juga sedang bersiap untuk mendukung proyek hilirisasi ini. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) telah mengalokasikan cadangan batubara khusus untuk proyek hilirisasi guna menjaga ketahanan energi nasional. Corporate Secretary PTBA, Niko Chandra, menegaskan, “Kami membuka peluang kerjasama dalam proyek hilirisasi.”

PTBA sebelumnya berencana bekerja sama dengan Air Products and Chemicals Inc. untuk proyek Coal to Dimethyl Ether (DME), namun perusahaan asal AS tersebut mundur dari proyek investasi senilai USD 2,1 miliar. Saat ini, PTBA sedang menjalin kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mengembangkan konversi batubara menjadi Artificial Graphite dan Anode Sheet, yang akan digunakan dalam pembuatan baterai Lithium-ion.

Baca Juga :   Kalah di Panel WTO, Indonesia Bakal Ajukan Banding Soal Ekspor Bijih Nikel

Rencana Hilirisasi Lainnya

Dileep Srivastava, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI, menyatakan bahwa mereka akan mengumumkan perkembangan proyek hilirisasi pada akhir tahun ini. KPC dan PT Arutmin Indonesia juga memastikan tidak ada perubahan dalam rencana proyek hilirisasi mereka. KPC berencana memasok 5-6,5 juta ton batubara per tahun untuk proyek gasifikasi di Bengalon, sedangkan PT Arutmin awalnya berencana untuk proyek coal to methanol namun kini beralih ke coal to ammonia.

Adaro Energy juga tengah melakukan kajian untuk meningkatkan nilai tambah batubara. “Kami masih melakukan kajian untuk peningkatan nilai tambah batubara,” ungkap Head of Corporate Communication Adaro Energy, Febriati Nadira.

Baca Juga :   Aktivitas Pendakian Puncak Gunung Dempo Ditutup Sementara

Potensi Batubara Indonesia

Dengan sumber daya batubara sebesar 97,29 miliar ton dan cadangan 31,71 miliar ton, Indonesia memiliki potensi besar dalam industri ini. Namun, perlu dicatat bahwa 70% dari total sumber daya adalah batubara berkualitas rendah. Sebagian besar sumber daya ini tersebar di Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Jambi, dengan beberapa area lainnya juga memiliki cadangan batubara.

Proyek hilirisasi batubara bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah, tetapi juga untuk mendukung ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil yang semakin terbatas. Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam industri energi global. (Mhd)