JagatBisnis.com – Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) mengungkapkan bahwa kinerja penjualan ritel di sektor fashion, sepatu, dan tas belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan sejak pandemi Covid-19. Ketua Umum Hippindo, Budihardjo Iduansjah, menjelaskan bahwa penjualan ritel saat ini masih berada pada level 80% hingga 90% dari sebelum pandemi.
Menurut Budihardjo, masalah utama yang menghambat pemulihan penjualan bukanlah ketidakmampuan peritel untuk beradaptasi dengan penjualan online, melainkan persaingan dengan produk impor ilegal yang dijual dengan harga jauh lebih murah. “Kami juga melakukan penjualan online, tapi kami kalah bersaing dengan produk-produk yang tidak memenuhi aturan atau barang impor ilegal,” jelasnya.
Budihardjo berharap pemerintah dapat memperketat kebijakan terkait barang ilegal. Ia menekankan pentingnya penerapan aturan seperti pembayaran pajak dan kepatuhan terhadap label Standar Nasional Indonesia (SNI) agar para pengusaha yang mematuhi peraturan dapat lebih sejahtera. Ia menceritakan bahwa banyak pelaku usaha mencari keuntungan dengan menjual barang tidak resmi, yang sebagian besar berasal dari luar negeri. “Barang-barang ini dikirim dari luar, disimpan di gudang di Indonesia, lalu dijual online. Uangnya dikirim kembali ke negara asal, sehingga uang tidak beredar di Indonesia,” ujarnya.
Sementara pemerintah telah merespons maraknya barang ilegal dengan menerbitkan Permendag 8/2024 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36 Tahun 2023 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Budihardjo menilai bahwa peraturan tersebut justru menyulitkan pelaku usaha yang menjual barang legal. Ia menekankan pentingnya penegakan hukum yang konsisten melalui pembentukan Satgas Impor Ilegal untuk menanggulangi masalah ini secara efektif.
Di tengah penurunan penjualan di sektor fashion, sepatu, dan tas, Budihardjo melaporkan bahwa penjualan makanan di supermarket, khususnya produk makanan dan minuman tahan lama, tetap menunjukkan kinerja yang baik. “Produk makanan cenderung tidak menghadapi masalah dengan barang ilegal. Jadi, penjualannya masih stabil,” jelasnya.
Menurut survei terbaru Bank Indonesia (BI), penjualan eceran pada Agustus 2024 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu. Indeks Penjualan Riil (IPR) Agustus 2024 tercatat sebesar 215,9, mencerminkan pertumbuhan tahunan sebesar 5,8% year on year (YoY). Peningkatan kinerja penjualan eceran terutama terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang tumbuh 1,3% YoY, serta bahan bakar kendaraan bermotor yang tumbuh 2,7% YoY. Namun, suku cadang dan aksesori mengalami kontraksi sebesar 4,7% YoY, setelah sebelumnya terkontraksi 5,1% YoY.
Dengan adanya pergeseran tren ini, para pelaku usaha di sektor ritel diharapkan dapat menyesuaikan strategi mereka untuk tetap kompetitif dan mempertahankan pertumbuhan di tengah tantangan yang ada. (Mhd)