JagatBisnis.com – Industri perusahaan pembiayaan Indonesia, atau multifinance, menghadapi berbagai tantangan pada tahun 2024 setelah mengalami pertumbuhan signifikan pada tahun 2023. Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) membeberkan sejumlah faktor yang memengaruhi pertumbuhan sektor ini, termasuk perlambatan yang mulai terasa sejak kuartal IV-2023.
Ketua Umum APPI, Suwandi Wiratno, menjelaskan bahwa meskipun industri pembiayaan mencatatkan pertumbuhan hingga 15% pada 2023, faktor-faktor eksternal seperti pemilu awal tahun dan pilkada akhir tahun 2024 mempengaruhi dinamika pasar. “Pertumbuhan industri sempat melambat menjelang akhir tahun 2023 dan ini berlanjut pada 2024,” ungkap Suwandi dalam acara Non Bank Financial Forum 2024 yang berlangsung di Kempinski Hotel, Jakarta Pusat.
Selain faktor politik, perlambatan kinerja perusahaan pembiayaan juga terkait dengan kenaikan Non Performing Financing (NPF), yang merupakan indikator penting dalam menilai kesehatan industri. NPF industri sempat meningkat dari rata-rata 2,2%-2,3% menjadi 2,82% pada April 2024, meski kemudian menurun menjadi 2,77% pada Mei 2024. Suwandi menyebutkan bahwa penurunan daya beli masyarakat dan tabungan dari kalangan menengah ke bawah turut berkontribusi terhadap kenaikan NPF.
“Salah satu faktor utama penurunan kinerja adalah menurunnya daya beli masyarakat dan rendahnya tabungan dari kalangan menengah ke bawah,” tambah Suwandi. Selain itu, penjualan kendaraan roda empat juga mengalami penurunan signifikan. “Target penjualan kendaraan tahun ini yang awalnya sekitar 1 juta unit, mungkin hanya akan mencapai 850 ribu unit,” ujarnya.
Meski menghadapi berbagai tantangan, Suwandi tetap optimis tentang prospek industri pembiayaan ke depan. Dia meyakini bahwa perlambatan pertumbuhan ini adalah momen sementara dan perusahaan pembiayaan masih memiliki potensi untuk meraih pertumbuhan dobel digit. “Kami percaya industri pembiayaan dapat tetap tumbuh sekitar 9%-10% dan berharap bisa mencapai 12%,” ungkapnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga memperkirakan bahwa pembiayaan kendaraan akan terus tumbuh di kisaran 9%-11% hingga akhir tahun 2024. Data terbaru dari OJK mencatat bahwa piutang pembiayaan perusahaan multifinance mencapai Rp 490,69 triliun pada Mei 2024, dengan pertumbuhan sebesar 11,21% Year on Year (YoY). Angka ini menunjukkan perbaikan jika dibandingkan dengan April 2024, di mana nilai piutang tumbuh 10,82% YoY dengan total Rp 486,35 triliun.
Dengan landasan yang kuat dan potensi pasar yang terus berkembang, industri pembiayaan diharapkan dapat mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional di tahun-tahun mendatang. (Mhd)