JagatBisnis.com – Fasilitas pemurnian dan pemrosesan atau smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) telah mencapai tahap siap berproduksi, menandai langkah penting dalam upaya meningkatkan nilai tambah dan pengolahan mineral dalam negeri.
PT Freeport Indonesia (PTFI) telah mulai beroperasi sejak awal Juni 2024 di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur. Produksi pertama katoda tembaga dari smelter ini diharapkan dimulai pada bulan Agustus 2024. Smelter ini dirancang sebagai smelter dengan desain single line terbesar di dunia.
Katri Krisnati, VP Corporate Communications PT Freeport Indonesia, mengungkapkan bahwa smelter PTFI tidak hanya akan menghasilkan katoda tembaga (600.000 – 700.000 ton per tahun), tetapi juga emas dan perak batangan serta produk sampingan seperti asam sulfat, terak tembaga, Platinum Group Metals, dan selenium. Smelter ini akan menyerap konsentrat tembaga dalam negeri sebesar 1,7 juta ton per tahun, memperkuat posisi Freeport dalam memproduksi dan mengolah 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun.
Investasi kumulatif untuk proyek smelter ini mencapai US$ 3,7 miliar atau sekitar Rp 58 triliun, menunjukkan komitmen Freeport untuk mengembangkan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan industri di Indonesia.
Sementara itu, anak perusahaan AMMN, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), tengah memasuki tahap komisioning untuk smelter tembaga di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Proyek ini, yang merupakan proyek strategis nasional, telah mencapai kemajuan signifikan dengan selesainya konstruksi fisik dan mechanical completion pada Mei 2024.
Rachmat Makkasau, Presiden Direktur AMNT, mengindikasikan bahwa smelter ini akan memiliki kapasitas input terpasang sebesar 900.000 ton konsentrat per tahun dan diharapkan dapat menghasilkan 222.000 ton katoda tembaga per tahun. Selain katoda tembaga, smelter AMNT juga akan menghasilkan asam sulfat, emas batangan, perak batangan, dan selenium.
Proses komisioning smelter AMNT dimulai pada Juni 2024 dan diharapkan akan berlangsung selama lima bulan. Proyek ini melibatkan kerja sama dengan kontraktor internasional seperti China Non-ferrous Metal Industry’s Foreign Engineering and Construction Co., Ltd (NFC) dan PT Pengembangan Industri Logam (PT PIL), untuk memastikan bahwa smelter ini memenuhi standar global dan beroperasi sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli, menyambut baik beroperasinya smelter tembaga kedua perusahaan ini. Menurutnya, ini akan membawa dampak positif bagi Indonesia dengan meningkatkan industrialisasi dan nilai tambah dari pengolahan mineral dalam negeri.
“Dengan beroperasinya smelter ini, Indonesia dapat menghasilkan produk akhir dari mineral-mineral ikutan yang sebelumnya diolah di luar negeri, sehingga meningkatkan kontribusi sektor tambang terhadap perekonomian nasional,” jelas Rizal.
Diharapkan dengan infrastruktur smelter tembaga yang semakin berkembang, Indonesia dapat lebih mandiri dalam pengolahan mineral dan meningkatkan nilai tambah produk akhir yang dihasilkan.
Kedua smelter tembaga yang siap berproduksi dari PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Internasional Tbk menandai langkah penting dalam upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pengolahan sumber daya mineral dalam negeri. Dengan kapasitas produksi yang besar dan komitmen untuk mematuhi standar global, smelter ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi di Indonesia. (Hky)