JagatBisnis.com – Ketua Umum Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi), Giri Kus Anggoro, mengungkapkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi meningkatkan biaya produksi dalam industri alat berat.
Giri menjelaskan bahwa karena sebagian besar bahan baku alat berat masih diimpor, pelemahan rupiah dapat berdampak pada kenaikan biaya produksi. Namun, saat ini dampaknya masih dirasakan relatif kecil karena banyak bahan baku sudah diorder beberapa bulan sebelumnya, memastikan kebutuhan produksi terpenuhi untuk beberapa bulan ke depan.
“Demi mengatasi tantangan biaya produksi, kami melihat opsi menaikkan harga jual kepada pelanggan tidaklah mudah dilakukan,” ungkap Giri pada Senin (24/6).
Strategi utama yang dilakukan untuk menekan biaya produksi adalah dengan meningkatkan penggunaan bahan baku dan komponen lokal yang memiliki kualitas setara, serta meningkatkan efisiensi operasional produksi.
Selain itu, Hinabi juga fokus pada peningkatan ekspor alat berat buatan dalam negeri sebagai strategi untuk mengurangi dampak pelemahan nilai tukar rupiah.
Hingga akhir tahun ini, Hinabi memproyeksikan penjualan alat berat mencapai 8.000 unit. Meskipun demikian, produksi alat berat nasional pada kuartal I-2024 mengalami penurunan sebesar 23% year on year (YoY), dengan hydraulic excavator menjadi jenis alat berat yang paling banyak diproduksi sebanyak 1.427 unit, diikuti oleh dump truck (141 unit) dan bulldozer (120 unit). (Mhd)