jagatbisnis.com – Organisasi pionir gerakan global boikot, divestasi dan sanksi untuk Israel (BDS) Indonesia terus berupaya untuk melemahkan perekonomian Israel dengan mengajak masyarakat Indonesia memboikot produk pro Israel. Bahkan, semua produk Israel yang tidak masuk daftar boikot juga harus diboikot.
Ketua BDS Indonesia, Muhammad Syauqi Hafiz menjelaskan, perbedaan daftar boikot produk pro Israel di antara organisasi/penggerak gerakan boikot di level global berlatar pilihan kriteria dan prioritas atau sasaran boikot. Karena itu pihaknya hanya memprioritas boikot brand global. Misalnya, korporasi yang terlibat langsung dalam jalannya apartheid dan pendudukan tanah Palestina di Israel. Tujuannya, agar bisa menghentikan gerak mesin perang Israel.
“Namun, pada daftar boikot yang dirilis BdNash dan sejumlah organisasi lainnya, kriteria boikot yang mereka gunakan lebih luas, mencakup perusahaan yang berinvestasi di Israel. Namun untuk produk yang tidak masuk daftar boikot kami, bukan berarti produk tersebut haram diboikot, tidak boleh diboikot atau justru dianggap halal,” katanya di Jakarta, Selasa (11/6/2024).
Menurut Syauqi, semua penggagas gerakan boikot berjuang dengan visi yang sama, yakni mensosialisasikan gerakan boikot ke masyarakat luas, baik itu boikot dengan maksud untuk memberikan pesan isolasi pada Israel, pesan bahwa masyarakat Indonesia tak mendukung kebejatan Israel, ataupun boikot untuk menghentikan mesin perang Israel.
“Gerakan boikot produk perusahaan multinasional yang terafliasi Israel sampai saat ini eksis dan hidup di tengah masyarkat dan jitu menghasilkan efek menyakitkan pada perekonomian Israel. Walaupun sekarang gaungnya relatif menurun, tapi faktanya percakapan tentang mana-mana produk pro Israel yang perlu diboikot, atau istilahnya terafiliasi Israel masih eksis dan hidup di tengah masyarkat,” ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ikhsan Abdullah, mensinyalir sejumlah perusahaan multinasional asing yang terafiliasi Israel melakukan perlawanan balik atas gerakan boikot di berbagai negara, termasuk di Indonesia, dengan memanfaatkan ketidakseragaman daftar boikot yang beredar luas di tengah masyarakat.
“Perlu ada kesamaan pandang soal daftar biokot ini. Sehingga Muslimin tidak ragu mana yang harus diboikot dan mana yang tidak,” tegas Ikhsan.
Ikhsan memaparkan, pihaknya menerima laporan dari berbagai pihak, termasuk sejumlah pimpinan perusahaan asing di Indonesia, yang menyatakan omzet sejumlah brand ternama turun drastis 30-45 persen kurun tiga pekan pertama sejak merebaknya gerakan boikot.
Sebenarnya, boikot ini efektif untuk menekan korporasi asing yang pro Israel.
“Kekuatan gerakan boikot ini dahsyat, tidak bisa diabaikan. Boikot bisa melumpuhkan perekonomian Israel dan Amerika yang merupakan penyokong utama persenjataan Israel. Sebenarnya, di Indonesia sudah ada lembaga yang secara spesifik mengeluarkan daftar boikot produk pro Israel dan ini bisa jadi rujukan kaum Muslimin. Misalnya, Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI) yang telah mengeluarkan daftar 10 produk terafiliasi Israel yang bisa jadi rujukan masyakarat Muslim di Indonesia,” tutup Ikhsan. (eva)