JagatBisnis.com, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam di akhir sesi perdagangan hari ini, ditutup melemah 0,69 persen ke level 6.750, setelah sebelumnya sempat menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Penurunan ini mencerminkan sentimen negatif baik dari pasar global maupun domestik yang membebani pasar saham Indonesia.
Sepanjang hari, IHSG bergerak fluktuatif dengan tekanan jual yang terus meningkat menjelang penutupan perdagangan. “IHSG tertekan oleh kombinasi faktor eksternal seperti kekhawatiran terhadap kebijakan moneter yang lebih ketat dari Federal Reserve dan ketidakpastian ekonomi global,” ujar Niko Prasetyo, analis pasar di Mirae Asset Sekuritas.
Tekanan juga datang dari dalam negeri, terutama terkait dengan beberapa isu ekonomi yang mengkhawatirkan investor. “Ketidakpastian politik dan regulasi yang berubah-ubah turut mempengaruhi sentimen pasar, membuat investor cenderung mengambil sikap wait and see,” tambah Prasetyo.
Penurunan IHSG dipimpin oleh sektor perbankan, energi, dan konsumer. Saham-saham unggulan seperti Bank Central Asia (BBCA), Astra International (ASII), dan Telkom Indonesia (TLKM) mengalami penurunan signifikan. “Saham-saham blue chip tertekan oleh aksi jual besar-besaran dari investor asing yang keluar dari pasar emerging markets,” jelas Lina Marlina, ekonom di Samuel Sekuritas.
Sentimen negatif juga diperkuat oleh laporan ekonomi domestik yang menunjukkan peningkatan inflasi dan penurunan daya beli masyarakat. “Tingkat inflasi yang tinggi menggerus daya beli dan menekan konsumsi rumah tangga, yang pada akhirnya mempengaruhi performa perusahaan-perusahaan di sektor konsumsi,” kata Indra Wijaya, ekonom di Bank Mandiri.
Namun, di tengah penurunan IHSG, beberapa sektor tetap menunjukkan ketahanan. Sektor teknologi dan kesehatan, misalnya, berhasil mencatatkan kenaikan meski dalam kondisi pasar yang sulit. Saham-saham seperti Bukalapak (BUKA) dan Kalbe Farma (KLBF) menunjukkan performa yang positif. “Investor masih melihat potensi pertumbuhan di sektor-sektor ini yang dianggap defensif dan memiliki prospek jangka panjang yang baik,” ujar Wijaya.
Para analis pasar menyarankan investor untuk tetap tenang dan bijaksana dalam menghadapi volatilitas ini. “Volatilitas pasar adalah bagian dari dinamika investasi. Investor sebaiknya fokus pada fundamental perusahaan dan mempertimbangkan diversifikasi portofolio untuk mengelola risiko,” kata Bambang Setiawan, analis senior di BNI Sekuritas.
Ke depan, perhatian investor akan tertuju pada perkembangan kebijakan moneter global dan data ekonomi domestik yang diharapkan dapat memberikan petunjuk lebih jelas mengenai arah pasar. “Kami berharap ada sinyal positif dari kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi global yang lebih stabil untuk mendukung rebound IHSG,” tutup Setiawan.
(tia)