JagatBisnis.com, Jakarta – Prospek ekonomi Indonesia menghadapi tantangan baru di tahun 2024, seiring dengan perlambatan ekonomi yang dialami oleh mitra dagang utama. Para ahli ekonomi memprediksi bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia akan mengalami penurunan, akibat dari melemahnya permintaan ekspor di pasar internasional yang menjadi tujuan utama produk-produk domestik.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam sebuah konferensi pers menyampaikan kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi global yang berdampak pada kinerja ekspor Indonesia. “Penurunan pertumbuhan ekonomi di negara-negara mitra dagang kita, seperti China, Amerika Serikat, dan negara-negara di Uni Eropa, akan berpengaruh langsung pada penurunan permintaan ekspor kita,” ujar Sri Mulyani.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ekspor Indonesia mengalami penurunan sebesar 5% pada kuartal pertama 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sektor-sektor yang paling terdampak adalah komoditas utama seperti kelapa sawit, batu bara, dan karet, yang menjadi andalan dalam menyumbang devisa negara.
Para analis ekonomi mengungkapkan bahwa penurunan surplus neraca perdagangan ini dapat membawa implikasi serius bagi perekonomian nasional. “Surplus neraca perdagangan yang menurun bisa mengurangi cadangan devisa dan berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah,” kata Piter Abdullah, Direktur Riset di Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia. “Ini bisa menjadi tantangan besar bagi stabilitas ekonomi kita, terutama jika tidak diimbangi dengan peningkatan investasi dan konsumsi domestik.”
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) berupaya menjaga stabilitas ekonomi dengan berbagai langkah kebijakan moneter. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa pihaknya siap mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas rupiah dan mengendalikan inflasi. “Kami akan terus memonitor perkembangan ekonomi global dan domestik, serta siap menyesuaikan kebijakan suku bunga jika diperlukan,” tegas Perry.
Sementara itu, pemerintah Indonesia tengah memperkuat upaya diversifikasi pasar ekspor dengan membuka pasar baru di kawasan Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada beberapa negara mitra dagang utama yang tengah mengalami perlambatan ekonomi. “Kami berusaha untuk memperluas akses pasar bagi produk-produk Indonesia di berbagai belahan dunia, agar bisa menjaga kinerja ekspor tetap positif,” kata Agus Suparmanto, Menteri Perdagangan.
Selain itu, pemerintah juga menggalakkan peningkatan nilai tambah produk ekspor melalui hilirisasi industri. Program ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional dengan menghasilkan produk jadi yang memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan bahan mentah.
Meskipun menghadapi tantangan berat, para pelaku usaha dan pengamat ekonomi tetap optimis bahwa Indonesia mampu mengatasi dampak perlambatan ekonomi global dengan strategi yang tepat dan kebijakan yang responsif. Masyarakat Indonesia pun berharap bahwa upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan meningkatkan kinerja ekspor dapat memberikan hasil yang positif dan menjaga pertumbuhan ekonomi nasional tetap berkelanjutan.
(tia)