Dokter Spesialis: Bahaya Penggunaan Jangka Panjang Obat Insomnia

JagatBisnis.comSebagian orang mengatasi gangguan tidur atau insomnia dengan mengonsumsi obat insomnia. Dengan obat tersebut merasa bisa tidur nyenyak di malam hari. Namun, insomnia ternyata juga berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Bahkan, insomnia disebutkan sebagai gejala awal dari depresi.

Dalam mengonsumsi obat insomnia, dokter spesialis saraf dr. Rimawati Tedjasukmana, Sp.S, RPSGT, menyarankan agar berada di bawah pengawasan dokter. Salah satunya, kasus yang menimpa Michael Jackson. Sang bintang pop dunia itu meninggal dunia karena mengonsumsi obat insomnia secara berlebihan.

“Dia minum obat sampai 30 butir, tapi tetap tidak bisa tidur. Obat itu dia dapatkan dari kokinya, pembantunya, dan ke dokternya hingga dia kumpulin sampai 30 butir. Lalu, obat itu dia minum setiap hari. Namun, dia tetap tidak bisa tidur,” terang dr. Rimawati di Jakarta, Minggu (19/3/2023).

Baca Juga :   Hong Kong Sediakan Tur Tidur di Bus untuk Penumpang Insomnia

Dia menjelaskan, obat tidur memberikan efek toleransi dosis yang jika terlalu sering dikonsumsi menjadi tidak efektif. Sehingga harus menaikkan dosis dan bahayanya kalau naikin dosis sampai tahap yang fatal.

Baca Juga :   Hong Kong Sediakan Tur Tidur di Bus untuk Penumpang Insomnia

“Contohnya,obat fluoxetine (anti-depresan) menyebabkan depresi pernapasan. Akhirnya Michael Jackson meninggal karena depresi pernapasan. Dia tidak bisa bernapas, karena obatnya meningkatkan hembusan napas. Bahaya sekali kalau itu minum obat sendiri tanpa pengawasan dari dokternya,” papar dr. Rimawati.

Obat insomnia, lanjut dr. Rimawati, memberikan manfaat jangka pendek. Ketika diminum langsung membuat tertidur. Namun, apabila dikonsumsi dalam jangka panjang bisa berbahaya, karena dosis terus bertambah. Untuk itu, diarankan melakukan terapi CBT-I atau terapi perilaku kognitif untuk insomnia.

Baca Juga :   Hong Kong Sediakan Tur Tidur di Bus untuk Penumpang Insomnia

“Terapi tersebut memberikan manfaat jangka panjang. Karena penderita insomnia tidak akan ketergantungan obat, melainkan bisa mengatasi sendiri,” tutupnya yang juga Ketua INA Sleep atau Perkumpulan Ilmu Kedokteran Tidur Indonesia (Perdoktin) ini. (*/els)

MIXADVERT JASAPRO