Temuan Fosil di Kalimantan Jadi Bukti Amputasi Pertama di Dunia

JagatBisnis.com-Peneliti menemukan fosil manusia di Kalimantan. Fosil tersebut ditemukan di sebuah gua batu kapur di daerah terpencil Kalimantan Timur. Kerangka itu digali pada 2020 oleh tim peneliti gabungan Indonesia dan Australia yang dipimpin oleh arkeolog Tim Maloney dari Griffith University. Temuan fosil tersebut menjadi bukti operasi amputasi pertama di dunia.

“Karena pada pemeriksaan lanjutan, para peneliti menemukan manusia ini telah kehilangan kaki kirinya dengan rapih. Fosil yang diperkirakan masih berusia muda saat meninggal ini setidaknya sudah berusia 31 ribu tahun yang lalu,” kata Melandri Vlok, bioarkeolog dari University of Sydney, Minggu (18/9/2022).

Menurut dia, bekas amputasi itu sembuh cukup baik bagi orang untuk hidup selama 6 sampai 9 tahun sebelum akhirnya dikebumikan. Sehingga ini menjadi kejutan besar, bahwa penjelajah purba ini selamat dari operasi masa kanak-kanak yang sangat serius dan mengancam jiwa. Karena lukanya sembuh menjadi tunggul, dan kemudian dia tinggal selama bertahun-tahun di daerah pegunungan dan melakukan mobilitas-menunjukkan tingkat komunitas yang peduli.

Baca Juga :   Fosil Dinosaurus Ditemukan di Argentina

“Sebelumnya, sebuah studi juga menyebutkann, bukti paling awal yang dimiliki para peneliti tentang amputasi Zaman Batu adalah kerangka berusia 7.000 tahun yang ditemukan di Prancis dari seorang pria tua yang lengan kirinya telah diangkat tepat di atas siku,” terangnya.

Baca Juga :   Ilmuwan Chili Pertama Kali Temukan Fosil Ichthyosaurus Utuh dalam Kondisi Hamil

Dia menegaskan, pencapaian para manusia zaman batu ini adalah hal yang menakjubkan. Karena, di masa sekarang dengan seluruh produk medis untuk mencegah infeksi, menghentikan pendarahan dan nyeri pada operasi amputasi membutuhkan keterampilan teknis dan kecakapan anatomi yang cukup besar. Sehingga tim juga harus memahami perlunya melepaskan anggota tubuh untuk bertahan hidup.

Baca Juga :   Fosil Dinosaurus Ditemukan di Argentina

“Maka, penemuan kami ini membalikkan asumsi para arkeolog bahwa operasi yang lebih kompleks berada di luar kemampuan masyarakat zaman batu. Dalam studi yang kami lakukan, ahli bedah atau tim praktisi amputasi harus memiliki pengetahuan rinci tentang anatomi manusia, kebersihan, dan sistem peredaran darah tubuh untuk dapat menavigasi pembuluh darah dan saraf, mengamputasi kaki, serta mencegah kematian, kehilangan darah, dan infeksi,”tutupnya. (*/esa)

MIXADVERT JASAPRO