Faisal Basri: Rokok Jadi Penyumbang Terbesar Kedua Garis Kemiskinan di Indonesia

JagatBisnis.com-Rokok hingga saat ini tetap menjadi menyumbang terbesar kedua garis kemiskinan di Indonesia. Dari data per Maret 2022, komoditas rokok memberikan sumbangan sebesar 12,21 persen terhadap garis kemiskinan di perkotaan.

Ahli ekonomi senior Faisal Basri mengatakan, jadi setelah beras 19,38 persen, rokok lebih penting. Sementara di pedesaan, sumbangan rokok kretek filter sebesar 11,63 persen terhadap garis kemiskinan, setelah beras sebanyak 23,04 persen.

“Maka, kita harus perangi agar orang miskin tidak banyak mengeluarkan uang untuk rokok. Masa rokok lebih penting dari daging, telur dan kebutuhan pangan lainnya. Ini tak wajar, karena pengeluaran rokok bisa mencapai 6-7 kali lipat dari tempe,” tegasnya dalam webinar bertema, Ekonom Bicara Cukai Rokok: Menentukan Tarif dan Struktur Cukai Rokok Optimal di Indonesia”, Rabu (14/9/2022).

Baca Juga :   Penjualan Mobil di Indonesia Alami Kenaikan

Menurut dia, sebenarnya harga rokok bukan segala-galanya. Karena semakin murah harga rokok, maka semakin tinggi konsumsi rokok per kapita. Padahal, pemerintah ingin ada keseimbangan konsumsi rokok di petani dan pendapatan negara.

Baca Juga :   Indonesia Kembali Kedatangan Juta Vaksin Tahap Ke-111

“Tujuan cukai itu bukan untuk pendapatan negara. Tapi untuk mengendalikan konsumsi rokok. Sayangnya, bagi pemerintah cukai sebagai untuk pendapatan negara sudah menjadi candu. Makanya, cukai tembakau oleh pemerintah naik terus. Sehingga penurunan orang miskin di Indonesia melambat. Kemungkinan karena rokok,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, tak heran kontribusi kretek filter makin meningkatkan garis kemiskinan di pedesaan. Terbukti, pada tahun 2010, untuk di desa sumbangan rokok kretek filter ini hanya 5,9 persen terhadap garis kemiskinan. Sekarang tahun 2022, sudah 11,63 persen.

Baca Juga :   Tenaga Kerja Indonesia Disiapkan sesuai Kebutuhan Pasar

“Sumbangan rokok terhadap garis kemiskinan di kota juga naik, dari 7,93 persen tahun 2010 menjadi 12,21 persen pada Maret 2022. Jadi mengeruk semakin dalam koceknya orang miskin itu. Oleh karena itulah, pengendalian harus mutlak lah kita lakukan, kalau tidak, maka kemiskinannya makin lama makin susah diturunkan,” pungkasnya. (eva)

MIXADVERT JASAPRO