Pertalite Naik Bikin Inflasi Pangan Melambung hingga 15 Persen

JagatBisnis.com –  Inflasi pangan diperkirakan melambung hingga 15% jika pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite menjadi Rp10 ribu per liter. Orang-orang yang hidup di garis kemiskinan dan di bawahnya, merupakan pihak yang paling menderita.

Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia mengatakan, proporsi makanan (bukan nilainya) terhadap total pengeluaran kelas menengah-bawah jauh lebih tinggi dibandingkan kelas menengah-atas atau orang kaya. Begitu juga dengan konsumsi BBM terhadap total konsumsi mereka.

“Daya beli bagi orang bawah adalah daya beli untuk survive (bertahan hidup). Jadi, itu yang kebutuhan dasar sebenarnya yang secara standar seharusnya itu sudah terpenuhi,” kata Faisal pada Jumat (2/9/2022).

Pada Juli 2022, Bank Indonesia melaporkan inflasi pangan di level 11,5%. “Ini menandakan inflasi makanan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi umum dalam kisaran 4,8% hingga 4,9% year on year (secara tahunan),” ujarnya.

Baca Juga :   Harga Pertalite Dipastikan Naik Usai Banggar Tolak Tambah Kuota BBM Subsidi

MUNGKIN ANDA SUKA

Wanita Jakarta Bocorkan Rahasia Dia Bisa Bebas Hutang & Lebih Kaya

Jakarta Harga Laptop yang Tidak Terjual Mungkin Mengejutkan Anda

Pembunuh Prostat Ditemukan! Minum Ini saat Perut Kosong

Jika Anda Menemukan Papiloma di Tubuh Anda, Lakukan Ini Segera
Inflasi umum memang lebih rendah walaupun tetap tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, bahkan dibandingkan pra-Pandemi.

Menurut Faisal, inflasi pangan 11,5% merupakan inflasi volatile food secara tahunan, yakni harga pangan yang terus bergerak atau inflasi gologan makanan. “Jika BBM jenis Pertalite yang disukan naik menjadi Rp10 ribu, inflasi volatile food bisa mencapai 15%,” ungkap Faisal.

Orang kaya, lanjut Faisal, memang dari sisi nilai dan volume konsumsi BBM jauh lebih tinggi dan lebih banyak dibandingkan kalangan menengah-bawah. Sebab, mereka memiliki mobil. “Masalah terbesar adalah kalangan menengah-bawah,” timpal Faisal.

Baca Juga :   Diisukan Langka, Pertamina Klaim Pasokan Pertalite dan Solar Aman

Ia menegaskan, sebagian besar income kalangan menengah-bawah digunakan untuk makan. “Saat inflasi makanan itu tinggi hingga 11,5%, merekalah yang paling banyak terdampak. Bukan hanya menggerus daya beli mereka secara umum, tapi menggerus daya beli mereka untuk makan, untuk bertahan hidup, survival,” tukasnya.

Sementara kalangan menengah-atas, daya beli mereka terganggu untuk membeli mobil. “Kalaupun untuk makan, ya untuk makan di restoran. Sedangkan daya beli bagi orang bawah adalah daya beli untuk survive,” papar dia.

Bagi orang miskin, lanjut Faisal, walaupun mengisi bensin untuk motor, porsinya sangat besar dibandingkan dengan income mereka. “Ini karena income mereka kecil,” ucapnya.

Sejauh ini, batas garis kemiskinan di Indonesia adalah mereka yang memiliki pendapatan Rp480-an ribu per orang per bulan. “Kalau di bawah ini, di bawah garis kemiskinan,” tuturnya.

Baca Juga :   Diisukan Langka, Pertamina Klaim Pasokan Pertalite dan Solar Aman

Pada Maret 2022, ambang batas garis kemiskinan tersebut meningkat sebesar 4% menjadi Rp505.469 dari sebelumnya Rp486.168 pada September 2021.

Dengan inflasi pangan 15%, lanjut Faisal, dari pendapatan Rp480 ribu, porsi untuk makan Rp300 ribu per bulan. “Lalu, dikali 15% yang berarti pengeluaran orang miskin harus meningkat dari Rp300 ribu menjadi Rp345 ribu per bulan per orang,” tuturnya.

Jika harga BBM jenis Pertalite jadi dinaikkan, mereka masih bisa makan tapi harus benar-benar menghemat alias mengirit baik dari sisi jumlah maupun jenis menu makanan.

“Misalnya, beli daging ayam biasanya sebulan sekali. Sekarang sudah tidak bisa lagi beli daging ayam. Makan tempe saja atau tahu terus,” imbuhnya. (pia)

MIXADVERT JASAPRO