Percaya Kiamat Segera Datang, Warga Kamboja Ngungsi untuk Saksikan Akhir Dunia

JagatBisnis.com-Sekitar 20 ribu warga Kamboja, termasuk anak-anak dan orangtua mengungsi di rumah pertanian milik politisi yang meramalkan kiamat akan segera datang. Ratusan ribu orang itu berkumpul untuk menyaksikan apa yang diramalkan politisi itu sebagai banjir apokaliptik yang akan menyebabkan akhir dari dunia.

Politisi pendiri Partai Liga untuk Demokrasi, Khem Veasna, mengeklaim sebuah “lubang hitam” telah terbentuk di tulang punggungnya. Tanda itu mengiriminya pesan tentang banjir yang akan datang, yang akan menghancurkan segalanya selain lahan pertaniannya di Siem Reap. Dia bahkan menulis di Facebook: “Saya tidak bisa tidur karena setiap kali saya tidur, sumsum tulang belakang saya menarik begitu keras, karena dunia runtuh, dan air mengalir ke celah”.

Politisi peramal kiamat itu juga mem-posting sejumlah gambar penampakan di langit, yang katanya pertanda akan datangnya hari kiamat. Khem Veasna, yang menyebut dirinya sebagai Brahma, ya itu gelar agama yang berarti raja surgawi—telah menyerukan pekerja migran Kamboja di Korea Selatan untuk meninggalkan pekerjaan mereka dan kembali ke rumah.

Baca Juga :   Kamboja Siap Menyambut Turis yang Sudah Vaksinasi Covid-19

“Seruan kepada 30 ribu ekspatriat di Korea Selatan memicu peringatan oleh Kedutaan Kamboja di Seoul agar warga tidak bepergian ke sana. Jika mereka pergi tanpa memberi tahu perusahaan mereka, kata kedutaan, mereka tidak akan mendapatkan pekerjaan mereka kembali,” ungkap Veasna, dikutip Kamis (1/9/2022).

Veasna mengaku, mulai membagikan ramalan kiamatnya di Facebook minggu lalu. Di mana dirinya memiliki pengikut lebih dari 370 ribu orang. Dirinya menghibur para pengunngsi dengan ceramah harian dari pukul 13.00 siang sampai pukul 19.00 malam. Namun, penduduk setempat yang bingung mengeluhkan kekacauan yang dibuat para pengikutnya, termasuk buang air besar di tempat umum.

Baca Juga :   Waspada Penipuan Lowongan Kerja di Kamboja, Begini Modusnya

“Saya telah lama menjadi kritikus dan oposisi terhadap pemerintah Kamboja. Bahkan, partak ini memperoleh 310 ribu suara dalam pemilu 2018, pemilu yang dianggap dicurangi untuk mendukung Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa,” tegasnya.

Sementara itu, dosen senior di Pusat Studi Asia Timur dan Tenggara Universitas Lund, Astrid Norén-Nilsson, mengungkapkan, meskipun oposisi telah diizinkan untuk bangkit sampai batas tertentu, Kamboja masih sangat ditandai oleh bagaimana ini adalah periode mandat satu partai.

“Khem Veasna mencela politik dan membawa pengikutnya bersamanya dalam perjalanan untuk menjadi semacam gerakan sosial milenarian. Ini jelas berbicara kepada orang-orang di masa-masa yang tidak pasti dan agak gelap secara global ini,” paparnya, yang dilansir Kamis (1/9/2022).

Baca Juga :   lmuwan Sebut Kiamat Semakin Dekat

Dia menjelaskan, para pengikut Veasna telah mengabaikan seruan dari otoritas lokal untuk membubarkan diri dan tetap berada di rumah pengungsian tersebut. Bahkan, sebuah utimatum dikeluarkan bagi para pendukung untuk pergi hari ini atau menghadapi tindakan hukum yang sesuai, meskipun tidak jelas tindakan apa yang dimaksud.

“Alih-alih membubarkan diri, mereka sekarang mendirikan tenda di dekat rumah tersebut atau memesan kamar hotel, berharap ketika banjir datang mereka masih bisa melarikan diri dari naiknya air di safehaven,” pungkasnya. (*/esa)

MIXADVERT JASAPRO