Sudah Tutup Ratusan Kantor Cabang, BRI Tak Lakukan PHK Karyawan

JagatBisnis.com –  PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI telah memangkas jumlah kantor cabang dari 8.993 jaringan di akhir 2021 menjadi 8.804 unit per Juni 2022. Bank plat merah ini akan terus melakukan penataan jaringan kerja, baik menambah atau mengurangi. Tujuannya agar lebih produktif dan efisien, namun tetap efektif dalam memberikan layanan perbankan.

Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan, secara alami, akibat adanya digitalisasi serta perubahan perilaku masyarakat menyebabkan keberadaan dan fungsi kantor cabang bank konvensional akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Untuk itu, pihaknya memastikan tidak ada PHK pada karyawan.

“Karyawan pada kantor yang ditutup akan dialihkan kepada kantor kami yang lain, atau dialihkan menjadi penyuluh digital. Karena ada 3 fungsi utama dari penyuluh digital. Pertama, mengajari masyarakat untuk membuka rekening secara digital. Kedua, mengajari masyarakat bertransaksi secara digital. Ketiga meningkatkan literasi digital masyarakat dengan mengajari masyarakat dan mewanti-wanti agar hati-hati terhadap kejahatan digital dan skimming, social engineering,” katanya, Kamis (25/8/2022).

Baca Juga :   Jelang Nataru, BRI Siapkan Dana Rp30,4 Triliun

Dia mengaku, meskipun ada kantor cabang yang ditutup dan rotasi kantor, layanan perbankan tetap diberikan dengan optimal kepada masyarakat. Apalagi, saat ini kami telah memiliki Agen BRILink sejumlah 539 ribu yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, bahkan di daerah 3T (terdepan, terluar dan terdepan).

“Para agen tersebut dapat melayani transaksi perbankan sebagaimana kantor konvensional. Di antaranya, transfer, setor, tarik tunai, pembayaran dan lain-lain. Selain itu kami juga memiliki lebih dari 16 ribu mesin ATM dan lebih dari 5 ribu mesin CRM di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Baca Juga :   BRI Hadirkan Beragam Promo Menarik di Ramadhan Bless Festival Bazaar Sarinah

Dia mengungkapkan, saat ini transaksi digitalnya mencapai 96,8 persen dari total transaksi. Sedangkan, untuk transaksi di jaringan kantor konvensional hanya bersisa sekitar 3,2 persen. Ke depan, pihaknya proyeksikan transaksi di kantor konvensional akan terus menurun sesuai dengan journey digitalisasi masyarakat Indonesia.

“Di masa mendatang, kami melihat layanan konvensional perbankan akan banyak digantikan oleh sistem digital. Tetapi, waktu yang dibutuhkan agar sistem bank digital beroperasi maksimal diperkirakan masih sekitar 5 tahun hingga 10 tahun lagi. Fakta itu membuat kehadiran bank konvensional seperti kami masih dibutuhkan untuk melayani kebutuhan masyarakat,” imbuhnya.

Dia menambahkan, dalam perjalanannya, proses transformasi digital layanan perbankan juga turut berlangsung dan menunggu adanya aturan dari regulator untuk pengamanan operasional dan konsumen bank digital. Sehibgga kami terus melakukan transformasi dengan menempatkan nasabah sebagai unsur penting. Pihaknya menerapkan konsep hybrid bank dalam perbaikan bisnis proses, inovasi model bisnis, serta tata Kelola jaringan kerja yang memadukan digital capabilities, physical network serta layanan financial advisor.

Baca Juga :   BRI Bersama Pertamina Lubricants Luncurkan Aplikasi POWER

“Harmonisasi ketiganya diharapkan mampu menghadirkan layanan perbankan yang lebih efektif, efisien dan terintegrasi sesuai journey customer dan masyarakat Indonesia. Salah satu contohnya, layanan secara online bisa didapatkan masyarakat dan nasabah melalui aplikasi BRImo. Melalui platform tersebut pembukaan rekening baru bisa dilakukan hanya dalam hitungan menit tanpa harus datang ke bank,” pungkasnya. (*/eva)

MIXADVERT JASAPRO