Peneliti Ungkap Penyebab Milenial Tak Mau Jadi Petani

JagatBisnis.com-Regenerasi petani merupakan salah satu kunci untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas pertanian. Sayangnya, regenerasi petani di Indonesia masih berjalan lambat. Karena usia mayoritas petani di Indonesia sudah tua, hanya 8 persen yang berusia di bawah 40 tahun. Padahal, regenerasi itu sangat menentukan masa depan sektor pertanian.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi menjelaskan, salah satu alasan di balik mengapa pertanian tidak menarik sebagai sumber pencaharian, terutama bagi kaum muda atau milenial. Hal itu karena pendapatan petani yang tidak mampu menjamin pemenuhan kebutuhan hidup. Padahal, upah nominal buruh tani nasional pada Juni 2022 mencapai Rp58.337 per hari, atau meningkat 0,18 persen dari upah pada Mei 2022 dan 2,71 persen jika dibandingkan dengan upah pada Juni 2021.

“Namun, kenaikan ini berbanding terbalik dengan upah riil, yaitu perbandingan antara upah nominal buruh tani dengan indeks harga konsumsi rumah tangga pedesaan, yang menurun sebesar 1,03 persen,” kata Azizah, Minggu (21/8/2022).

Baca Juga :   PTPN Siap Serap GKP Petani

Meskipun ada peningkatan kesejahteraan, lanjut dia, petani masih menghadapi berbagai tantangan. Di antaranya tingginya ongkos produksi, kesulitan mendapatkan pupuk subsidi maupun nonsubsidi, hingga risiko gagal panen. Selain itu, harga pupuk nonsubsidi pun melonjak sejak pecahnya konflik Rusia dan Ukraina. Sementara kelangkaan pupuk subsidi bahkan sudah menjadi makanan sehari-hari petani.

Baca Juga :   KAI Hadirkan KA Taksaka Hype Trip Bergaya Milenial

“Akses kepada teknologi pertanian juga belum meluas dan bantuan alat mesin pertanian juga masih terbatas dan seringkali belum tepat guna. Lahan pertanian pun semakin menciut akibat alih fungsi menjadi kawasan perumahan atau industri. Berbagai faktor ini dan gambaran bahwa petani identik dengan berkotor-kotor dan pendidikan yang rendah, akhirnya mendorong orang muda untuk mencari kerja di daerah perkotaan dan di luar sektor pertanian,” paparnya.

Baca Juga :   Ini Alasan Petani, Pilih Tanam Jagung Dibanding Kedelai

Oleh karena itu, menurut Azizah, pemerintah perlu mengadopsi teknologi pertanian yang masif, diyakini ini akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi dan juga mendongkrak citra pertanian sebagai sektor yang juga mampu mengikuti perkembangan zaman. Namun ini memerlukan investasi berkelanjutan untuk membuatnya terjangkau bagi petani dan mendorong adopsinya yang masif. (*/esa)

MIXADVERT JASAPRO