Kasus COVID-19 Naik Lagi, Perlukah Dosis Keempat?

JagatBisnis.com –  Angka penyebaran kasus COVID-19 akhir-akhir ini terus meningkat. Kenaikan kasus mingguan mencapai 105 persen. Muncul kekhawatiran datangnya gelombang baru pandemi. Lalu apakah sudah saatnya memulai vaksinasi keempat?

Dalam perkembangan penangangan terkini penyakit ini di Indonesia, menurut Data Satgas COVID-19 sempat terjadi kenaikan kasus mingguan sebesar 105 persen. Dari 3.688 pada minggu lalu, menjadi 7.587 di minggu ini.

Kenaikan tersebut turut mempengaruhi kenaikan kasus aktif, yang sebelumnya 4.734 menjadi 8.594 pada minggu ini. Kenaikan terbanyak berasal dari tiga provinsi yakni DKI Jakarta naik 2.769 kasus, Jawa Barat naik 686 kasus, dan Banten naik 285 kasus.

Dengan meningkatnya kasus positif dan kasus aktif, seharusnya kasus kematian ditekan dan persentase kesembuhan ditingkatkan. Nyatanya, di minggu terakhir terjadi kenaikan kematian mingguan dari 28 menjadi 44 kasus. Dan seharusnya, dengan naiknya angka kematian, maka segera lakukan evaluasi dan mitigasi agar kematian tidak terus meningkat.

Di samping itu, meskipun persentase kesembuhan terbilang masih tinggi yakni 97,28 persen, sayangnya angka ini sedikit menurun. Seharusnya, angka kembali didorong agar terus meningkat, beriringan dengan upaya penurunan tren kematian. Hal lain yang menjadi perhatian, dalam masa terjadi kenaikan kasus, testing menjadi salah satu indikator penting.

Penyebabnya, dengan angka yang tinggi akan meningkatkan keakuratan jumlah kasus positif di tengah masyarakat. Sehingga, semakin cepat menjaring kasus untuk segera ditangani dengan baik sesuai gejalanya. Data testing minggu ini, jumlah orang diperiksa sebesar 340.723, atau mencapai 126,19 persen dari target badan kesehatan dunia atau WHO. Angka ini mengalami peningkatan selama 3 minggu terakhir.

Kendati demikian, ada kabar baik dari perkembangan COVID-19, yaitu pada angka positivity rate mingguan yang angkanya masih di bawah 5 persen hingga minggu ini. Namun harus diwaspadai, karena terjadi kenaikan selama 4 minggu berturut-turut. Dari sebelumnya 0,33 persen di minggu ke-4 Mei, menjadi 2,23 persen di minggu ini.

Baca Juga :   Amerika Serikat Mulai Vaksin Dosis Keempat

Akan tetapi, apakah data ini sudah cukup untuk melakukan suntikan vaksin dosis keempat? Bagaimana pelaksanaannya di luar negeri termasuk efektivitas dan efek sampingnya?

Dosis Keempat di Banyak Negara

Beberapa negara sudah mulai menawarkan dosis keempat vaksin COVID-19 terutama kepada kelompok rentan. Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum memberikan rekomendasi resmi pada dosis keempat. “Belum ada bukti yang baik pada saat ini bahwa itu akan bermanfaat,” kata kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan.

Konsensus medis selama ini menganggap belum ada penelitian yang cukup tentang seberapa banyak perlindungan yang dapat ditawarkan oleh dosis keempat. Administrasi Makanan dan Obat-obatan (FDA) AS sejauh ini mengizinkan suntikan keempat hanya untuk mereka yang berusia 50 tahun ke atas, serta mereka yang kekebalannya terganggu.

Sementara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) skeptis terhadap perlunya dosis keempat untuk orang dewasa yang sehat tanpa adanya strategi kesehatan masyarakat yang lebih jelas.

Di Eropa, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) dan gugus tugas COVID-19 (ETF) EMA telah menyimpulkan bahwa terlalu dini untuk mempertimbangkan penggunaan dosis keempat vaksin mRNA COVID-19 (Pfizer’s Comirnaty dan Moderna’s Spikevax) secara umum populasi.

Namun, kedua lembaga sepakat bahwa dosis keempat (atau penguat kedua) dapat diberikan kepada orang dewasa berusia 80 tahun ke atas setelah meninjau data tentang risiko COVID-19 parah yang lebih tinggi pada kelompok usia ini dan perlindungan yang diberikan oleh dosis keempat.

ECDC dan EMA juga mencatat bahwa saat ini tidak ada bukti yang jelas di Uni Eropa (UE) bahwa perlindungan vaksin terhadap penyakit parah berkurang secara substansial pada orang dewasa dengan sistem kekebalan normal berusia 60 hingga 79 tahun dan dengan demikian tidak ada bukti yang jelas untuk mendukung penggunaan segera dari dosis keempat.

Baca Juga :   Amerika Serikat Mulai Vaksin Dosis Keempat

Bukti tentang efek dosis keempat sebagian besar berasal dari Israel. Data menunjukkan bahwa booster kedua yang diberikan setidaknya 4 bulan setelah booster pertama mengembalikan tingkat antibodi tanpa meningkatkan masalah keamanan baru. Data juga menunjukkan bahwa booster kedua memberikan perlindungan tambahan terhadap penyakit parah, meskipun durasi manfaatnya belum diketahui dan buktinya masih terbatas.

Masih menurut penelitian dari Israel bahwa meskipun dosis keempat vaksin Pfizer-BioNTech menawarkan perlindungan terhadap penyakit serius selama setidaknya enam minggu setelah suntikan, vaksin itu hanya memberikan perlindungan jangka pendek terhadap infeksi, yang berkurang hanya empat minggu.

Yang menarik temuan terbaru dari COV-BOOST yang dipimpin oleh University Hospital Southampton yang menunjukkan bahwa vaksin mRNA dosis keempat aman dan meningkatkan kadar antibodi bahkan lebih tinggi daripada dosis ketiga. Temuan di Inggris ini menunjukkan bahwa vaksin penguat mRNA dosis keempat untuk COVID-19 dapat ditoleransi dengan baik pada orang yang menerima Pfizer sebagai dosis ketiga.

Dalam studi dosis keempat itu, 166 orang yang telah menerima dosis ketiga Pfizer, mengikuti dosis awal Pfizer atau AstraZeneca pada Juni 2021, diacak untuk menerima Pfizer dosis penuh atau setengah dosis Moderna sebagai dosis keempat. Suntikan diberikan sekitar tujuh bulan setelah dosis ketiga mereka.

Sementara rasa sakit di tempat vaksinasi dan kelelahan adalah efek samping yang paling umum, tidak ada efek samping serius terkait vaksin, dan dosis keempat aman dan dapat ditoleransi dengan baik.

Perlukah Vaksin Dosis Keempat di Indonesia?

Baca Juga :   Amerika Serikat Mulai Vaksin Dosis Keempat

Sementara itu Satuan Tugas Penanganan (Satgas) COVID-19 menegaskan bahwa Indonesia belum akan menerapkan untuk menyuntikkan vaksin dosis keempat, meskipun kasus COVID-19 di Indonesia tengah meningkat.

“Tujuan vaksinasi pada masa pandemi adalah menciptakan kondisi kekebalan komunal (herd immunity) di tengah masyarakat,” kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito.

Ia mengatakan, pemenuhan cakupan vaksinasi harus dicapai untuk tiap tahapan vaksinasi 1, 2, 3 dan seterusnya. Istilah vaksinasi booster biasanya digunakan untuk vaksinasi setelah dosis lengkap telah diberikan. Vaksin COVID-19 yang digunakan sekarang adalah dua dosis vaksin, 1 dan 2.

Prof Wiku melanjutkan, apabila cakupan vaksinasi lengkap sudah dinilai memadai atau cukup tercapainya herd immunity, maka vaksinasi booster bisa diberikan khususnya jika ada indikasi bahwa imunitas masyarakat mulai menurun. “Tentunya perlu dibuktikan dengan data dari sero survei di masyarakat yang perlu dilakukan secara berkala,” katanya.

Untuk diketahui, hasil sero survei pertama pada November-Desember 2021 menunjukkan 86,6 persen penduduk Indonesia sudah memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2. Adapun, pada tahap kedua April 2022, antibodi masyarakat meningkat menjadi 99,2 persen.

Oleh sebab itu, Prof Wiku melanjutkan bahwa vaksinasi keempat belum menjadi program mendesak untuk dilakukan. “Benar, (belum mendesak) hasil sero surveinya menunjukkan herd immunity masyarakat relatif masih tinggi,” ujarnya.

Masyarakat di Tanah Air saat ini sudah mendapat banyak kelonggaran untuk melakukan berbagai aktivitas. Seperti penggunaan masker di luar ruangan, mengizinkan mudik Lebaran, hingga menonton pertandingan sepakbola serta menggelar konser dengan tetap ada batasan tertentu.

Namun, tampaknya masyarakat harus lebih berhati-hati agar bisa membantu mengerem penyebaran COVID-19 yang kini tengah meningkat. Dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan sehingga tidak perlu mendapatkan suntikan vaksin dosis keempat. (pia)

MIXADVERT JASAPRO