BOPO BSI Menurun Jadi 75,35 Persen

JagatBisnis.com – Keberhasilan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BRI dalam mengelola cost of fund membuat biaya operasional perusahaan mengecil. Sehingga rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) bank syariah terbesar di Indonesia itu susut menjadi 75,35 persen pada kuartal I/2022 dari 79,9 persen pada periode yang sama tahun lalu.

Corporate Secretary BSI Gunawan A. Hartoyo mengatakan hal itu merupakan buah dari pihaknya yang terus meningkatkan efektivitas dan efisiensi biaya. Sehingga ada penurunan cost of fund menjadi 1,62 persen pada periode tersebut. Apalagi, pada kuartal I/2022 Pendapatan setelah distribusi bagi hasil yang dibukukan mencapai Rp3,81 triliun, tumbuh 9,7 persen secara tahunan (yoy). Sementara itu beban perusahaan tercatat sebesar Rp2,48 triliun, tumbuh 4 persen yoy.

“Adapun mengenai strategi kami dalam rangka memacu pertumbuhan bisnis, di antaranya fokus terhadap bisnis-bisnis yang memiliki permintaan yang tinggi. Sehinghga hal itu terbukti tangguh dan mampu memberikan bisnis yang berkelanjutan serta risiko pembiayaan yang terjaga. Segmen tersebut antara lain segmen konsumer, gadai dan pembiayaan emas, serta segmen mikro,” ungkapnya, Selasa (21/6/2022).

Baca Juga :   BSI Targetkan Pembiayaan UMKM Tumbuh 6 Persen Hingga Akhir 2022

Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga terus meningkatkan kapabilitas dan layanan pada segmen wholesale & transactional banking, serta menyasar 9 segmen pengembangan ekosistem Islam yaitu melalui optimalisasi ekosistem masjid, haji dan umroh, ZISWAF, lembaga pendidikan berbasis islam, industri fesyen dan e-commerce, industri makanan dan minuman, kesehatan, ekspor dan impor, serta wisata halal. Terbukti, sepanjang 3 bulan pertama 2022, pihaknya berhasil mencatatkan kinerja positif dengan capaian laba bersih mencapai Rp968 Miliar. Angka itu tumbuh 33,2 persen yoy.

Baca Juga :   Gelar Awarding Talenta Wirausaha, BSI Komitmen Cetak Muslimpreneur

“Peningkatan profitabilitas tersebut didukung pertumbuhan pembiayaan kami menjadi Rp178 triliun. angka itu juga mengalami peningkatan 11,6 persen yoy, lebih tinggi dibanding pertumbuhan kredit industri perbankan yang sebesar 6,4 persen yoy,” terang Gunawan. (*/eva)

MIXADVERT JASAPRO