Parpol Akan Bentuk Koalisi Lebih Awal di Pilpres 2024

JagatBisnis.com – Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS Arya Fernandes memprediksi ajang Pemilu 2024 akan semakin ketat dibandingkan pilpres sebelumnya. Ia pun memprediksi parpol-parpol akan membentuk koalisi lebih dini.

Berdasarkan UU Pemilu No 7 tahun 2017 Pasal 222, syarat pencalonan presiden oleh partai atau gabungan partai adalah memiliki paling sedikit 20 persen suara atau kursi di DPR atau 25 persen perolehan suara nasional pada pemilu sebelumnya.

“Tentu hanya partai-partai yang dapat 25 persen yang mengusulkan paslon, karena itu koalisi menjadi penting dan koalisi enggak bisa ditetapkan dalam proses kandidasi capres pemilu mendatang,” tutur Arya dalam diskusi virtual bertajuk Manuver Koalisi Partai Menjelang Pemilu Presiden: Motivasi dan Resiliensi, Rabu (8/7).

Baca Juga :   Undangan untuk 45 Parpol Tak Sampai Tujuan

Arya kemudian menjabarkan beberapa tren perilaku partai atau koalisi yang diprediksi terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Pertama, partai-partai akan terdorong membuat koalisi lebih awal. Hal itu karena cukup banyak kandidat yang bisa dicalonkan.

“Partai-partai akan terdorong untuk membuat koalisi yang lebih awal atau dini,” lanjut dia.
Ini, kata Arya, sudah terjadi dengan pembentukan Koalisi Indonesia Bersatu yang diinisiasi Golkar, PAN, dan PPP. Menurut Arya, partai-partai saat ini menilai pembentukan koalisi lebih awal lebih strategis.

Baca Juga :   PDI Perjuangan yang Bisa Usung Sendiri Pasangan Capres-Cawapres 2024

“Ke depan akan muncul lagi beberapa poros lain. Di antaranya diinisiasi partai menengah seperti NasDem atau PDIP,” lanjutnya.

Menurut Arya, koalisi prapilpres yang dibentuk seperti KIB juga akan langsung memberi kepastian kepada calon yang akan maju atau diusung. Apabila KIB dapat berlanjut sampai Pemilu 2024, maka sudah mengantongi persentase kursi 23,67 persen.

Baca Juga :   Ini Tiga Parpol Favorit Pilihan Milenial

“Koalisi dini strategis karena tersedia ruang yang banyak terutama di internal partai untuk diskusi kebijakan apa yang didorong pra pemilu dan pasca 2024,” kata dia.

Tren perilaku selanjutnya, pimpinan partai atau elite partai memang masih menjadi faktor penting dalam mempengaruhi peta koalisi. Namun, berbeda dari Pemilu 2014 dan 2019, faktor kandidat menjadi yang penting dibanding para elite parpol itu sendiri. (pia)

MIXADVERT JASAPRO