Kalbe Kenalkan Negeri Jahe Merah

JagatBisnis.com –  PT Kalbe Farma Tbk memperkenalkan Negeri Jahe Merah yang dirancang oleh BU BINA (Business Unit Bintang Toedjoe Inovasi Natural). BU BINA merupakan divisi B2B dari Bintang Toedjoe yang fokus pada bahan baku natural, untuk mendukung keberlangsungan dan ketersediaan jahe merah terbaik.

“Bintang Toedjoe sudah sejak tahun 2000 kita punya produk herbal. Generasi zaman dahulu mungkin tahu produk Irex, pada saat itu produknya lumayan booming. Tapi ternyata perjalanannya itu kita tidak bisa mendapatkan bahan bakunya yang terstandar. Sehingga, performance produknya itu naik-turun,” ujar Head of BU BINA, Sari Pramadiyanti, dalam live Instagram @kalbefarma.tbk.

“Kemudian, beberapa tahun berikutnya kita launching lagi produk herbal dan kendalanya sama, kualitasnya tidak terstandarisasi, sehingga akibatnya performance-nya naik-turun. Kendala yang banyak dihadapi itu konsistensi kualitasnya dan sustainability supply,” tambahnya.

Ia menjelaskan, kendala tersebut terjadi karena kondisi alam atau cuaca, seperti kadang-kadang terkendala banjir. Bisa juga karena pemeliharaannya tidak seragam, misalnya kadang-kadang rajin dipupuk, hama dibersihkan atau tidak, atau jenis tanahnya, atau penyiraman yang tidak rajin.

Pada tahun 2012, pihaknya meluncurkan produk Bejo. Masalah yang sama pun muncul, yakni kadang-kadang ada persediaan bahan dan kadang-kadang kehabisan, hingga kualitas jahe yang kadang-kadang pedas dan kadang-kadang tidak pedas.

“Ini menjadi produk fokus kami, sehingga kita melihat ada keperluan menjamin ketidak-konsistenan kualitas dan sustainability supply. Sehingga kami mencoba mengembangkan ekosistem herbal yang berfokus pada bahan baku utama kami, yaitu jahe merah,” tutur Sari.

Baca Juga :   Kalbe Edukasi Tumbuh Kembang Anak, Mitos dan Fakta Bakteri Baik Saluran Cerna

Ia juga mengharapkan ekosistem herbal dapat mendukung kemandirian bahan baku nasional. Tidak tergantung dari luar negeri karena banyak komponen kritikal yang perlu diperhatikan, seperti leadtime perjalanan, kondisi kontainer/handling selama perjalanan, dan lain-lain.

Sari menekankan, pihaknya memutuskan untuk mengembangkan integrasi dari hulu ke hilir. Hal ini berbeda dari industri farmasi pada umumnya, yang hanya fokus ke hilir dengan menggunakan bahan baku, lalu diproduksi dan dijual.

“Nah kita mencoba ke lebih awal lagi stepnya. Kita masuk ke hulunya, dalam hal membina petani untuk menanam jahe merah. Mulai dari pembenihannya, ditanamnya, dipanennya, diproses pasca panen, kemudian dijual,” paparnya.

Jahe merah dipilih karena memiliki manfaat baik bagi kesehatan, dibandingkan dengan jahe emprit dan jahe gajah. Jahe merah mengandung antosianin (yang menyebabkan warna merah) sebagai antioksidan dan kandungan essential oil dalam jahe merah lebih tinggi. Tingkat kepedasan dan kandungan gingerol jahe merah lebih tinggi dari jahe gajah, tetapi tidak berbeda signifikan dengan jahe emprit.

“Ada tujuh aspek dalam ekosistem jahe merah kita. Pertama, nursery atau mengenai benih. Supaya jahe merah yang dihasilkan baik, maka kita memilih benih yang baik, sehingga kita bekerja sama dengan BPPT, Balittro, untuk menghasilkan benih dan varietas yang memang terbukti unggul,” ungkap Sari.

Baca Juga :   Kalbe Group Luncurkan Alat Terapi Pernafasan untuk Hidup Lebih Baik

Ekosistem jahe merah juga memiliki lab tissue culture yang dibangun bersama Kyung Hee Univesity Korea Selatan dan Univesitas Surabaya, namanya Kalbe Ubaya Hanbang Bio Lab. Setelah benih yang bagus dipilih, tahap selanjutnya ialah cultivation. Pada tahap ini, pembinaan tentang bagaimana pemeliharaan tanamannya.

“Artinya, petani diberikan SOP (Standar Operasional Prosedur) supaya cara menyiramnya tepat, air yang disiram tidak kelebihan maupun kekurangan. Kadang-kadang tim kami memantau ke lokasi untuk memastikan bahwa mitra petani melaksanakan penanaman sesuai prosedur,” katanya.

Setelah ditanam, jahe merah dipelihara sampai usia panen, minimal di usia 10 bulan. Hal ini karena ada parameter kualitas yang harus dicapai, salah satunya kandungan gingerol.

Tahap selanjutnya, pasca panen. BU BINA memastikan jahe merah dipanen, dicuci, dirajang, serta dikeringkan sesuai dengan persyaratan spesifikasi tertentu seperti kandungan air tidak boleh lebih dari 10% supaya tidak ada jamur di jahe merah yang telah dipanen. Sebagai infomasi tambahan, jahe merah dari ekosistem BINA sudah diuji bebas aflatoxin.

“Lalu kita masuk ke proses ekstraksi untuk menghasilkan ekstrak, atau bisa juga dijadikan minyak jahe melalui proses distilasi. Dari situ kita perlu memastikan bahwa jahe yang kita konsumsi punya manfaat kesehatan, maka ada tahap farmakologi. Kita melakukan uji preklinis maupun uji klinis untuk memastikan jahe merah memiliki manfaat kesehatan sesuai klaim. Lalu dikemas dan bisa dikomersialisasikan,” jelas Sari.

Baca Juga :   Kalbe Farma Gandeng Komunitas Kanker Edukasi Masyarakat

“Harapannya, bisa diekspor ke luar negeri, sehingga tidak hanya di lokal saja yang mengetahui jahe merah tetapi di luar negeri juga mengetahui Jahe Merah, sesuai dengan strategic initiative Kalbe, yaitu Go Global,” imbuhnya.

Kini, petani mitra Bintang Toedjoe utamanya ada di Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara. Sari mengungkapkan bahwa di lokasi yang tersebar itu monitoring menjadi tantangan.
“Karena yang harus dikunjungi untuk memastikan itu banyak karena ada lebih dari 1500 mitra petani utama yang platinum, yaitu petani yang sudah berpengalaman dan sudah mengirim lebih dair satu kali. Di sisi lain, kita senang karena banyak menyentuh bagian-bagian dari Indonesia di mana-mana. Harapannya, dengan ekosistem ini kita bisa merangkul banyak pihak dan memberikan manfaat bagi sesama,” tutupnya.

Siapa pun bisa menjadi petani mitra Bintang Toedjoe. Syaratnya, calon mitra harus mengisi formulir data diri melalui ekosistem jahe merah online, atau dengan mengunjungi website www.negerijahemerah.co.id masuk ke Profile, kemudian klik “Bergabung dengan kami”.
Di sisi lain, Bejo Jahe Merah merupakan produk Bintang Toedjoe yang menggunakan jahe merah dari ekosistem BINA dan sedang diuji klinis sebagai imunomodulator. Uji klinis tersebut untuk melihat efektivitas penggunaan Bejo Jahe Merah sebagai terapi pendamping bagi pasien yang terinfeksi covid-19 dengan gejala ringan.

 

MIXADVERT JASAPRO