Ekbis  

Indonesia Terkena Dampak dari Kenaikan Suku Bunga The Fed

JagatBisnis.com –  Bank sentral AS atau The Fed menaikkan suku bunga acuan semalam (overnight interest rate) menjadi 0,75%-1%. Harga barang di Indonesia semakin mahal. Wong cilik makin sulit.

Atas keputusan The Fed ini, Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad memperkirakan, Bank Indonesia (BI) juga akan menaikkan suku bunga acuan berkisar 25-50 bps. Dengan batas paling tinggi 4 persen pada 2022. Per Maret 2022, suku bunga acuan BI masih di level 3,5 persen.

“Kemungkinan BI akan menaikkan suku bunga mungkin tidak lama lagi, bulan lalu BI masih pertahankan karena inflasi relatif rendah,” kata Tauhid, dikutip Jumat (6/5/2022).

Baca Juga :   Usaha Kecil Sudah Bisa Buka Secara Bertahap, tapi...

Dengan kenaikan harga bahan pangan menjelang Lebaran ditambah kenaikan harga bahan bakar, Tauhid memprediksi, semakin memicu kenaikan harga di dalam negeri. Ketika faktor pendorong suku bunga acuan RI melemah, BI mau tak mau menaikkan arus modal dalam sektor keuangan.

Apabila BI tetap mempertahankan suku bunga acuan 3,5 persen, kata Tauhid, capital outflow akan semakin kuat dan rupiah sulit untuk bertahan, bahkan nilai tukar menembus di atas Rp 14.400.

Menurut Tauhid, BI akan menaikkan suku bunga acuan mulai di Juni 2022. Agar menjaga stabilitas, BI diharapkan semakin terlibat dalam sektor jasa keuangan. “BI harus melakukan banyak pembelian uang dolar dan melakukan operasi di sektor keuangan,” pungkasnya.

Baca Juga :   Cara Mudah Kembangkan Bisnis Online Lewat Fitur Telegram

Direktur Center for Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, investor telah mewanti-wanti kenaikan suku bunga tersebut. Kenaikan suku bunga berimbas pada pemulihan ekonomi Indonesia.

“Suku bunga naik, cost kredit dan ekspansi biaya usaha akan relatif lebih mahal. Anak-anak muda susah dapat rumah, dan dampaknya langsung kena ke kita semua,” kata Bhima.

Bhima khawatir kenaikan suku bunga akan berimbas pada suku bunga pinjaman, khususnya kredit modal kerja, kredit konsumsi, dan kredit kepemilikan rumah (KPR). Terlebih permintaan KPR dari para milenial akan meningkat seiring pemulihan ekonomi. Ketika suku bunga saat memasuki floating akan semakin mahal hingga tahun berikutnya.

Baca Juga :   Bisnis Airlines Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

Selain itu, Bhima menyebut kenaikan suku bunga berdampak pada bunga kredit kendaraan bermotor. Suku bunga pinjaman dari bank juga akan meningkat sehingga milenial yang ingin membangun startup menjadi terhambat.

“Dampaknya juga ke imported inflation. Kalau rupiahnya goyang, impor akan lebih mahal terutama komoditas tepung terigu,” lanjutnya.

Menurut Bhima, biaya impor komoditas akan semakin mahal akibat perang Rusia-Ukraina ditambah dengan pelemahan rupiah. Investor saat ini menunggu rilis data inflasi dari BPS dan suku bunga acuan Bank Indonesia.(pia)

MIXADVERT JASAPRO