Ekbis  

Mata Uang Safe Haven Jadi Perburuan

JagatBisnis.com – Dolar mencapai level tertinggi 20-tahun terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat (6/5/2022). Sebab, aksi jual saham yang tajam mendorong permintaan untuk mata uang safe-haven ini dan Federal Reserve dipandang melakukan kebijakan moneter lebih ketat daripada bank-bank sentral lainnya.

Saham-saham jatuh pada Kamis (5/5/2022) karena investor khawatir The Fed mungkin perlu mengambil tindakan yang lebih drastis untuk mengendalikan inflasi.

Greenback turun pada Rabu (4/5/2022), dan saham naik, setelah Ketua Fed Jerome Powell mengatakan kepada wartawan bahwa pembuat kebijakan tidak secara aktif mempertimbangkan kenaikan 75 basis poin di masa depan. Itu terjadi setelah bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin, seperti yang diperkirakan secara luas.

Baca Juga :   Iklim Bisnis di Batam Menggiurkan, Ini Alasannya

“Pasar mendukung keputusan Fed yang mengorbankan dolar karena membantu memadamkan kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga agresif yang mendorong ekonomi ke dalam resesi,” Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions mengatakan dalam sebuah laporan.

“Dolar bangkit kembali, karena suku bunga masih tampak di jalur ke lebih dari dua kali lipat (1,9 persen) pada Juli dan berpotensi tiga kali lipat (2,7 persen) pada akhir tahun, pandangan hawkish yang kuat yang membedakan The Fed dari saingan utamanya,” dia menambahkan.

Baca Juga :   Tips Mengatur Keuangan di Tengah Pandemi Covid-19

Indeks dolar mencapai 103,94, tertinggi sejak Desember 2002, sebelum jatuh kembali ke 103,73, naik 1,16 persen hari ini.

Sterling jatuh ke level terendah sejak Juni 2020 setelah bank sentral Inggris (BoE) menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak 2009 tetapi memperingatkan bahwa ekonomi berisiko resesi.

“Bank sentral Inggris sangat dovish,” kata Erik Nelson, ahli strategi makro di Wells Fargo di New York. Mereka “pada dasarnya memberi tahu pasar bahwa mereka benar-benar terlalu mahal di jalur suku bunga bank.”

Baca Juga :   Ridwan Kamil: Pertumbuhan Ekonomi di Jabar Positif

Mata uang Inggris terakhir merosot 2,25 persen pada 1,2351 dolar.

Euro juga melemah setelah data Jerman menunjukkan bahwa pesanan industri pada Maret mengalami penurunan bulanan terbesar sejak Oktober lalu.

Mata uang tunggal telah jatuh karena kawasan itu berjuang dengan pertumbuhan yang lebih lemah dan gangguan energi karena sanksi yang dikenakan pada Rusia setelah invasi ke Ukraina.

Euro jatuh ke 1,0518 dolar, turun 0,98 persen, dan bertahan tepat di atas level terendah lima tahun di 1,0470 dolar yang dicapai Kamis (28/4/2022) lalu.(pia)

MIXADVERT JASAPRO