Buntut Krisis di Sri Langka, 26 Menteri Mengundurkan Diri

JagatBisnis.com – Sebanyak 26 menteri di kabinet Sri Langka mengundurkan diri dari jabatan mereka pada Minggu (3/4/2022) buntut krisis yang makin parah.

“Semua 26 menteri di Kabinet selain Presiden Gotabaya Rajapaksa dan kakak laki-lakinya Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa menyerahkan surat pengunduran diri pada pertemuan larut malam,” kata menteri pendidikan Dinesh Gunawardena kepada wartawan, seperti dikutip AFP, Senin (4/4/2022).

Pengunduran diri ini terjadi ketika klan politik yang berkuasa berusaha untuk menyelesaikan krisis ekonomi yang meningkat.

Pada minggu lalu, ribuan warga Sri Langka menggelar unjuk rasa besar-besaran menentang penerapan jam malam. Selain juga mengkritik pembatasan akses media sosial.

Pada Jumat lalu (1/4/2022), pemerintahan Gotabaya Rajapaksa mengumumkan keadaan darurat. Hal itu seketika memperkuat kekhawatiran pemberangusan gerakan protes kenaikan harga, kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), dan pemadaman listrik bergilir yang digulirkan rakyat.

Sebelumnya, Samagi Jana Balawegaya (SJB), aliansi oposisi utama Sri Lanka, mengecam pemblokiran media sosial yang bertujuan untuk memadamkan demonstrasi publik yang semakin intensif. SJB mengatakan sudah waktunya bagi pemerintah untuk mengundurkan diri.

“Presiden Rajapaksa lebih menyadari bahwa arus telah mengubah pemerintahan otokratisnya,” kata anggota parlemen SJB, Harsha de Silva kepada AFP.

Saat ini Sri Lanka tengah menghadapi krisis yang terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Para kritikus menilai, krisis tersebut merupakan hasil dari kesalahan manajemen di bidang ekonomi. Pemerintah berturut-turut menciptakan dan mempertahankan defisit kembar, yakni kekurangan anggaran di samping defisit transaksi berjalan.

Krisis yang tengah dihadapi Sri Lanka diperparah oleh dampak pandemi COVID-19. Sektor pariwisata Sri Lanka cukup terpukul akibat peraturan larangan perjalanan yang diterapkan berbagai negara dalam rangka mencegah penyebaran COVID-19.

Pemerintah Sri Lanka mengatakan, mereka sedang mencari bailout dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan pinjaman dari India dan China. (pia)

MIXADVERT JASAPRO