Ini Kata Ekonom, Alasan Indonesia Masih Ketergantungan Impor

JagatBisnis.com –  Belanja barang dan jasa pemerintah hingga kini masih dibanjiri barang impor. Presiden Joko Widodo pun marah besar dan menyayangkan minimnya penggunaan barang buatan dalam negeri. Padahal, kebiasaan Indonesia mengimpor sudah sejak lama, mulai dari alat kesehatan hingga produk tekstil.

Menanggapi hal itu, Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto mengatakan, ada sejumlah alasan mengapa Indonesia masih senang mengimpor barang tersebut. Apalagi, produk Indonesia terkadang lebih mahal dibandingkan produk impor.

“Kalau impor logistiknya lebih murah, aksesibilitas mendapatkan produknya juga bagus. Dan, memang kita terbiasa untuk mengutamakan harga dalam berbelanja, bukan keberpihakan,” katanya, Kamis (31/3/2022).

Baca Juga :   4 Komoditas Pangan Ini Masih Mengandalkan Impor

Dia menjelaskan, pada sektor kesehatan, misalnya, Indonesia mengimpor alat kesehatan dengan porsi lebih dari 90 persen sebelum pandemi. Justru dengan adanya pandemi, akhirnya terlihat bagaimana tertatihnya kinerja sektor kesehatan karena memang mengandalkan barang dari luar negeri.

Baca Juga :   Indonesia Kebanjiran Barang Impor, Mulai Daging hingga Bawang

“Makanya, ini harus ada kebijakan yang bisa mengubah secara struktural, misalnya dengan mengembangkan riset sehingga Indonesia bisa memproduksi obat dan alat kesehatan,” ujarnya.

Begitu juga, di sektor pertanian, lanjutnya, impor dilakukan karena produk-produk pertanian dari luar negeri lebih siap dipasarkan dan digunakan ketimbang produk dalam negeri.

“Indonesia bisa saja membuat, kalau ditanya. Itulah tadi disebut harus ada keberpihakan. Minimal 50 persen bahan baku alat pertanian berasal dari dalam negeri, itu sudah lebih baik,” urainya.

Baca Juga :   RI Bisa Bebas Impor BBM dan LPG

Sedangkan di sektor tekstil, tambahnya, Indonesia sebenarnya memproduksi kain dengan kualitas yang baik dan volume yang cukup banyak. Hal ini terbukti adanya ekspor seragam tentara ke luar negeri.

“Padahal tahun 2030 ditargetkan kita masuk produsen tekstil terbesar nomor 5 dunia,” pungkasnya. (*/esa)

MIXADVERT JASAPRO