“Hingga Februari 2022, kebutuhan biomassa untuk bahan bakar PLTU mencapai 89.111 ton. Sepanjang 2021, total emisi karbon yang berhasil ditekan melalui co-firing ini sebesar 268 ribu ton Co2. Sementara pada Januari-Februari 2022, angka penurunan emisinya sekitar 96 ribu ton Co2,” ungkap dia.
Wiluyo menjelaskan, teknologi co-firing ini dilakukannya tak sekedar mengurangi emisi. Melalui pemberdayaan masyarakat, teknologi co-firing ini juga mengajak masyarakat terlibat aktif dalam penanaman tanaman biomassa bahkan ada pula yang mengelola sampah rumah tangga wilayahnya untuk dijadikan pelet untuk bahan baku co-firing.
“Teknologi ini bukan hanya sekedar pengurangan emisi, tetapi ada unsur ekonomi sirkular yang mengolah limbah menjadi sesuatu yang lebih bernilai dan meningkatkan efisiensi. Misalnya, masyarakat turut berpartisipasi dalam pemilahan sampah ataupun pemberdayaan tanaman energi yang akan diolah untuk bahan baku co-firing,” pungkasnya. (*/eva)
Discussion about this post