Dampak Perang Rusia dan Ukraina, Negara Eropa Ingin Ada Wajib Militer

JagatBisnis.com – Invasi Rusia di Ukraina mengejutkan banyak negara-negara di dunia. Meski Presiden Rusia Vladimir Putin sudah sering mengancam Ukraina, hanya sedikit yang menyangka bahwa ia akan benar-benar menginisiasi perang.

Apalagi hal ini terjadi pada 2022 dan di benua tempat Perang Dunia I dan II bermula.

Setelah beberapa dekade lamanya negara-negara di Eropa hidup dalam kondisi yang relatif aman, konflik Rusia-Ukraina membangkitkan kembali perdebatan mengenai pentingnya wajib militer.

Di Jerman misalnya, pelayanan di militer masih wajib dilakukan sampai 2011. Hingga tahun tersebut, jika seseorang tidak ingin melakukan wajib militer, ia dapat melakukan pelayanan di sektor lain seperti pendidikan dan kesehatan.

Baca Juga :   Seorang Jurnalis Asal Prancis Tewas Terkena Bom Tentara Rusia

Akibat perang yang semakin memanas, parlemen Jerman mendiskusikan kemungkinan diberlakukannya kembali wajib militer bagi anak muda yang baru selesai sekolah.

Namun, tidak semua anggota parlemen setuju akan mosi tersebut. Mereka yang menentang wajib militer berpendapat bahwa militer harus menjadi lebih modern dilengkapi dengan peralatan dan senjata berteknologi tinggi sehingga tidak diperlukan banyak orang untuk bekerja di dalamnya.

Baca Juga :   Putin Klaim Rusia Menangi Pertempuran di Pelabuhan Mariupol

Sementara di Swiss, wajib militer masih terus berjalan sampai sekarang bagi warga laki-laki. Jika mau, warga perempuan juga boleh ikut melakukan pelayanan di militer, namun tidak wajib.

Negara Swiss yang hanya memiliki populasi sebanyak 8,6 juta jiwa, menyadari keterbatasan militer mereka. Oleh karena itu, parlemen di Swiss juga mulai membahas wajib militer untuk perempuan.

Tapi, lagi-lagi tidak semua anggota parlemen setuju akan wajib militer untuk perempuan. Mereka yang menentang berpendapat bahwa Swiss harus lebih berfokus pada sektor-sektor kemanusiaan daripada militer.

Baca Juga :   1.000 Tentara Inggris Disiapkan untuk NATO

Selain itu, mereka juga mengatakan jika ingin partisipasi perempuan dalam militer meningkat, Swiss harus meningkatkan daya tarik militer bagi perempuan bukan malah mewajibkannya.

Sedangkan di Belanda, warga berbondong-bondong mendaftarkan dirinya sebagai relawan untuk berperang melawan Rusia di Ukraina.

Minggu lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengundang orang-orang di seluruh dunia untuk membantu negaranya berperang. Lebih dari 200 masyarakat Belanda telah mendaftarkan dirinya sebagai relawan perang ke Kedutaan Besar Ukraina di Den Haag. (pia)

MIXADVERT JASAPRO