Kota Pelabuhan Strategis di Ukraina Dikuasai Rusia

JagatBisnis.com –  Rusia mendobrak masuk pusat pelabuhan Ukraina, Kherson, pada Kamis (3/3/2022).

Selama bebarapa saat situasi di Kherson mencekam. Baku tembak dan serangan diluncurkan Rusia terhadap kota strategis di Ukraina itu.
Setelah berjuang sekuat tenaga mempertahankan, Wali Kota Kherson Ihor Kolykhaiev melaporkan pasukannya sudah tidak dapat mempertahankan kota itu lagi.

Kolykhaiev menerangkan, penduduk kota kini harus mengikuti instruksi dari pasukan Rusia.

Militer Kremlin mengepung kota yang berbatasan dengan Krimea di selatan itu hingga berhari-hari. Kolykhaiev bersikeras kota itu belum jatuh di bawah kendali musuh pada Rabu (2/3/2022).

Sebagaimana dilansir dari The New York Times, ia kemudian harus menarik pernyataan itu ketika 10 perwira Rusia bersenjata memasuki gedung balai kota saat malam tiba.

Baca Juga :   Rusia Putus Pasokan Listrik ke Finlandia

Pasukan Rusia berencana mendirikan pemerintahan baru seperti yang telah digagas di wilayah separatis Donbass.

Kolykhaiev menambahkan, aturan baru telah diterapkan di kota itu. Kini, mereka harus menuruti jam malam dan pembatasan transportasi untuk keluar maupun masuk kota. Kolykhaiev juga memperingatkan agar warga tidak memancing bentrokan.

“Pejalan kaki berjalan satu per satu, maksimal dua. Jangan memprovokasi militer,” tegas Kolykhaiev, seperti dikutip dari CNN.

“Biarkan saja untuk saat ini. Bendera di atas kami adalah Ukraina. Dan agar tetap sama, persyaratan ini harus dipenuhi. Saya tidak bisa menawarkan yang lain,” tambah Kolykhaiev.

Baca Juga :   Pertemuan Rusia-Ukraina untuk Pertama Kalinya Bahas Masalah Krisis Pangan

Kepala pemerintahan daerah Kherson, Hennady Lahuta, turut merilis pesan untuk para penduduk. Ia meminta warga agar tidak meninggalkan kediaman mereka karena situasi telah berubah.

“Saya meminta semua orang yang tidak di rumah sekarang, atau yang berencana pergi ke luar, untuk tidak melakukannya. Penjajah ada di semua area kota dan mereka sangat berbahaya,” jelas Lahuta.

Meski terdapat sejumlah aturan baru, Kolykhaiev kembali menegaskan ia tidak membuat perjanjian apa pun dengan pasukan Rusia. Kolykhaiev hanya mengusahakan agar warga dapat hidup normal.

Kolykhaiev meminta para serdadu untuk tidak melukai warga kota. Sebab, mereka tidak dapat melakukan perlawanan. Mereka bahkan tidak memiliki senjata untuk itu.

Baca Juga :   Kepala BIN Ukraina Sebut Rusia Ingin Belah Negara Kami Seperti Korsel dan Korut

“Saya hanya tertarik pada kehidupan normal kota kami! Saya hanya meminta untuk tidak menembak orang,” ungkap Kolykhaiev.

“Kami tidak memiliki Angkatan Bersenjata di kota, hanya warga sipil dan orang-orang yang ingin tinggal di sini!” sambung Kolykhaiev.
Perebutan kota Pelabuhan Laut Hitam yang berpenduduk sekitar 250.000 orang itu meningkat seiring berjalannya waktu. Rusia menggencarkan serangan agar wilayah itu jatuh dalam cengkeraman.

Pasalnya, kuasa penuh atas ibu kota provinsi di Ukraina selatan itu memberikan jalur strategis untuk Kremlin. Kherson menjadi pusat kota signifikan pertama yang jatuh sejak awal invasi pada Kamis (24/2/2022). (pia)

MIXADVERT JASAPRO