Indonesia Olah CPO Jadi Bensin

JagatBisnis.com – Indonesia terus menguji coba bahan bakar (BBM) berkelanjutan yang menggunakan bahan terbarukan. Bahkan, Indonesia telah mengolah minyak kelapa sawit (crude palm oil/ CPO) menjadi bensin (Bensa). Kini, Bensa tengah diuji coba. Dalam melakukan uji coba pembuatan Bensa, pemerintah kembali menggaet Institut Teknologi Bandung (ITB).

Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan, Bensa berkualitas tinggi ini akan menjadi parameter untuk penyusunan Feasibility Study (FS) dan Detail Engineering Design (DED). Hal itu untuk produksi Bensa yang direncanakan berkapasitas 238,5 kilo liter (kl) per hari yang akan dibangun di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

“Saya pun berkesempatan melihat langsung proses dari CPO menjadi Bensa. Sebenarnya, ide ini sudah lama diinisiasi ITB dan dua tahun yang lalu kita dorong supaya bisa di scale up dari hasil skala laboratoriumnya,” katanya dalam keterangan resmi, Rabu (26/1/2022).

Baca Juga :   Indonesia Impor Listrik Malaysia 100-120 MW pada 2020

Dia menjelaskan, untuk, skala pilot plant berkapasitas 1.000 liter umpan per hari itu sudah bisa menghasilkan bahan bakar Bensa yang pada saat katalisnya masih segar. Sehingga bisa menghasilkan bahan bakar dengan Research Octane Number (RON) 115, bahan bakar yang berkualitas tinggi.

Baca Juga :   Kementerian ESDM Temukan 2.741 Lokasi Tambang Ilegal di Indonesia

“Produk Bensa terbukti menghasilkan energi berkualitas tinggi sudah sesuai dengan tuntutan zaman. Apalagi, saat ini masyarakat dunia sudah lebih peduli dengan penggunaan energi yang ramah lingkungan. Karena tuntutan ke depan, memang harus menggunakan energi yang bersih, energi yang bisa terbarukan.

“Untuk itu, langkah ini sudah tepat. Kini, tinggal bagaimana kita melaksanakanya agar proyek ini memiliki nilai komersial yang kompetitif,” ungkap Arifin.

Baca Juga :   Ini Alasan Pemerintah Cabut 2.270 IUP

Dia menerangkan, saat ini Bensa masih tahap pilot project, masih butuh perjuangan yang panjang untuk menuju tahap komersial. Tetapi dari skala laboratorium, dari pilot plant, tentunya sudah bisa mengambil parameter-parameter penting bagaimana menuju ke arah skala produksi yang komersial.

“Jadi kita sampaikan kepada tim ITB untuk terus semangat mempercepat proses-proses percobaan dan kemudian juga kita bisa memikirkan kedepannya menjadi skala komersial yang memang bisa dimanfaatkan bukan hanya di dalam negeri, mudah-mudahan juga bisa diekspor ke luar negeri,” pungkas Arifin. (*/esa)

MIXADVERT JASAPRO