Kasus Covid-19 Varian Omicron di Inggris Capai 159 Ribu

JagatBisnis.com – Menjelang berakhirnya 2021, varian Omicron di Inggris seakan mengamuk. Total kasus Omicron terkonfirmasi mencapai lebih dari 159 ribu, menjadikan Inggris Raya sebagai negara dengan angka kumulatif kasus Omicron terbanyak di dunia.

Dikutip dari data resmi Pemerintah Inggris Raya gov.uk, per Minggu (26/12), sebanyak 159.932 kasus varian Omicron teridentifikasi sejak pertama kali ditemukan. Angka ini bertambah 45.307 kasus dari laporan sebelumnya, yakni pada Jumat (24/12).

Sebanyak 143.071 kasus ditemukan di Inggris, 9.322 di Irlandia Utara, 6.154 di Skotlandia, dan 1.385 di Wales.

Di Inggris, sebanyak 407 pasien varian Omicron menjalani perawatan di rumah sakit. Sedangkan kematian akibat variant of concern ini mencapai 39 jiwa.

Mengutip situs Newsnodes, Inggris Raya menjadi negara dengan jumlah kasus Omicron tertinggi di dunia, diikuti oleh Denmark (40.258 kasus), Amerika Serikat (9.274 kasus), dan Kanada (8.549 kasus).

Prevalensi varian Omicron di Negeri Ratu Elizabeth II ini diperkirakan mencapai 90%. Prevalensi merupakan jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah.

Baca Juga :   Dua Pasien Indonesia Terpapar Varian Omicron

Situasi COVID-19 Inggris
Pada Senin (27/12), kasus COVID-19 harian Inggris Raya mencapai 98.515 infeksi dan 143 kematian. Angka kasus menurun dari puncaknya, yakni 121.730 infeksi pada Jumat (24/12).
Dalam sepekan terakhir (21-27 Desember), total kasus konfirmasi di Inggris mencapai 763.295 infeksi. Terjadi peningkatan dibandingkan pekan sebelumnya (14-20 Desember) sebesar 178.607, atau 30,5%.

Jumlah pasien dirawat di rumah sakit juga meningkat pada pekan ini. Dalam sepekan terakhir, total pasien rawat inap bertambah 6.581 orang. Terjadi peningkatan 501 orang atau 8,2% dari pekan sebelumnya.

Dikutip dari Reuters, total pasien yang dirawat di Inggris mencapai angka tertinggi sejak Maret 2021. Tapi, angka ini masih jauh lebih rendah dibandingkan Januari 2021, yang bisa mencapai 34.000 orang.

Namun, kematian akibat COVID-19 cenderung mengalami penurunan sebesar 5,6% dibandingkan pekan sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, total kasus kematian mencapai 742 jiwa, sedangkan pada pekan sebelumnya, tercatat 786 jiwa.

Baca Juga :   Inggris Sebut Booster Bisa Cegah Kematian akibat Omicron

Saat ini, vaksinasi dosis pertama dan kedua bagi orang di atas 12 tahun sudah melampaui 80%. 89,8% sudah divaksinasi dosis pertama, 82,2% sudah divaksinasi dosis kedua, dan 56,5% sudah menerima dosis ketiga (booster).

Musim Dingin Jadi Penyebab?
Menurut Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, secara tidak langsung cuaca mempengaruhi lonjakan kasus. Sebab, ketika musim dingin, suhu yang rendah menyebabkan orang lebih banyak beraktivitas di dalam ruangan.

“Nah, apa yang terjadi di Eropa dan AS? Itu betul ada pengaruh cuaca dalam hal ini musim dingin, tapi bukan karena virus itu jadi [lebih kuat], tetapi karena musim dingin itu membuat orang lebih banyak beraktivitas dalam ruangan,” jelas Dicky belum lama ini.

Banyaknya orang beraktivitas di ruangan kerap kali tidak dibarengi dengan sirkulasi udara yang baik. Selain itu, kemunculan varian Omicron yang sangat cepat menular, semakin memperburuk keadaan.

Baca Juga :   Menkes: Jangan Anggap Enteng Varian Omicron

“Ini membuat akhirnya cenderung kasus lebih banyak pas musim dingin. [Di] Eropa ini memang negara-negara yang kepadatan penduduknya padat sekali, sehingga ini membuat kombinasi antara indoor, crowded (kepadatan), poor circulation (sirkulasi buruk), ditambah varian yang sangat efektif menular seperti Delta apalagi Omicron, jadilah ledakan ini,” papar Dicky.

Meskipun kasus COVID-19 Inggris sedang meroket, pemerintah tidak akan menerapkan pembatasan baru di akhir tahun ini.

“Tidak akan ada kebijakan lainnya sebelum tahun baru. Ketika kita memasuki tahun baru, tentu saja kita akan mempelajari apakah kita perlu mengambil kebijakan lanjutan atau tidak,” ujar Menteri Kesehatan Sajid Javid pada Senin (27/12).

Pemerintah Inggris Raya saat ini mengandalkan vaksinasi dan dosis booster, penggunaan masker, dan testing COVID-19 untuk menangani situasi corona di negerinya.(pia)

MIXADVERT JASAPRO