Utang RI Tembus hingga Rp6.700 Triliun

JagatBisnis.com –  Ekonom milenial Indef, Riza Annisa Pujarama tidak setuju kalau utang pemerintah Indonesia, sebesar Rp6.700 triliun per September 2021, disebut masih aman. Dari berbagai indikator memang tidak aman.

Kata Riza, dari berbagai indikator utang sejak 2015 hingga 2020, kesinambungan fiskal justru beresiko. “Bukan aman ya tetapi beresiko,” tegas Riza dalam Webinar Catatan Akhir Tahun 2021, Evaluasi Ekonomi Indonesia oleh Ekonom Milenial INDEF, Jakarta, Kamis (9/12/2021).

Misalnya, debt ratio terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2015-2020 naik dari 30,76% menjadi 39,39%. Debt income ratio terhadap penerimaan negara 2015-2020 naik dari 249,78% menjadi 368,98%. Interest ratio terhadap penerimaan negara 2015-2020 naik dari 13,58% menjadi 19,06%. Dan, debt service ratio terhadap penerimaan negara 2015-2020 naik dari 36,74% menjadi 46,76%. “Semua indikatornya naik, artinya cukup beresiko,” ungkapnya.

Baca Juga :   Utang Luar Negeri Indonesia Capai Rp6.107,6 Triliun

Di sisi lain, jelas Riza, penerimaan pajak jeblok terus. Di mana, angka tax ratio sejak 2015 hingga 2020 anjlok terus. Pada 2015, tax ratio mencapai 20,8% kemudian terjun bebas ke level 8,3% pada 2020. Ketika penerimaan pajak seret maka ancaman defisit membesar. Untuk menambal defisit, mau tak mau pemerintah menarik utang baru. “Namun kita berharap melalui UU No 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Pajak (HPP), pemerintah menaikkan PPN pada tahun depan, tax ratio bisa ikut naik,” ungkapnya.

Baca Juga :   Utang Negara Menggunung Capai Rp7.000 Triliun

Lalu bagaimana dengan proyeksi utang baru dari pemerintah Indonesia pada 2022? Riza berpikiran positif, mengacu kepada APBN 2022 yang mematok utang baru sebesar Rp868 triliun. “Tahun depan, proyekni jumlah utang pemerintah tinggal nambahin saja. Realisasi utang September 2021 sebesar Rp6.711,52 triliun, ditambah Rp868 triliun, sesuai APBN 2022. Angkanya ketemu Rp7579,52 triliun,” kata peneliti makroekonomi dan finance Indef ini.(pia)

MIXADVERT JASAPRO