Retinopati diabetik adalah salah satu penyebab kebutaan terbanyak di kalangan usia produktif. Penyakit ini terjadi akibat tingginya kadar gula dalam tubuh yang tidak terkontrol secara berkepanjangan sehingga merusak pembuluh darah pada retina dan jaringan-jaringan yang sensitif terhadap cahaya. Penyakit ini terbagi menjadi dua tipe: 1) nonproliferative diabetic retinopathy (NPDR) – tahapan awal, terjadi sedikit kebocoran pada pembuluh darah; 2) proliferative diabetic retinopathy (PDR) – tahapan lebih lanjut, mulai tumbuh pembuluh darah baru di retina (neovaskularisasi) yang mudah pecah dan mengalami pendarahan.
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi diabetes mencapai 8,5%, atau jauh meningkat dibandingkan temuan sebelumnya Riskesdas 2013 yang masih 6,9%. Data Kementerian Kesehatan memaparkan, pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ketujuh dunia untuk prevalensi penderita diabetes tertinggi di dunia; dengan estimasi mencapai 10 juta orang. Bahkan, diabetes (dengan komplikasi) menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia (setelah stroke dan penyakit jantung koroner). Persentase kematian akibat diabetes di Indonesia merupakan yang tertinggi kedua di dunia, setelah Srilanka. Yang membuat penyakit ini makin mengkhawatirkan, hampir dua per tiga penderita diabetes tidak menyadari bahwa mereka mengidapnya. Artinya, kalangan ini sangat mungkin baru mengakses layanan kesehatan dalam kondisi terlambat (sudah dengan komplikasi). Terkait dengan organ mata, selain retinopati diabetik, diabetes juga memicu timbulnya katarak dan glaukoma. Perencanaan berpuasa menjadi kunci bagi penderita diabetes agar tetap bisa menjalankan ibadah selama Ramadan, dan terhindar dari risiko penyakit lanjutan lainnya.
Discussion about this post