IPW Sebut Bom di Gereja Katedral Bukti Polisi Belum Tuntaskan Terorisme

Neta S Pane Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW)

JagatBisnis.com – Kasus teror bom di halaman Gereja Katedral Makassar merupakan kasus teror bom pertama di era kapolri Sigit Kasus bom bunuh diri ini juga merupakan peringatan buat jajaran kepolisian bahwa akan ada teror teror susulan lainnya.

Neta S Pane Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) menilai, hal ini dikarenakan masih adanya kelompok kelompok teror dan kelompok radikal yang belum berhasil diciduk jajaran kepolisian, seperti di Poso atau tempat lainnya. Sementara para teroris yang sudah selesai menjalani hukuman, kini bebas melakukan aktivitas tanpa terpantau jejaknya.

“Kondisi ini tentu menjadi tugas berat kapolri Sigit. Apalagi saat ini menjelang Ramadhan dan Idul Fitri dimana aktivitas dan kebutuhan sosial masyarakat kian meningkat. Untuk itu Kapolri perlu mengkonsolidasikan jajarannya mulai dari jajaran intelijen hingga ke aparatur babinkamtibmas sebagai ujung tombak untuk mempertajam telinga maupun penciuman jajaran kepolisian agar senantiasa mampu meningkatkan deteksi dan antisipasi dini. Kapolda dan Kapolres harus mampu memanage wilayahnya agar jarum jatuh pun di wilayah tugasnya terdengar olehnya. Tujuannya agar polri tidak kecolongan dan teror bom terjadi,” kata Neta, melalui keteranganya, Senin (29/3/2021).

Baca Juga :   IPW Desak Kapolri Evaluasi Kasus Perkosaan Anak di Luwu Timur

Neta mengatakan, jika teror bom sudah terjadi, korban tewas atau luka tidak hanya diderita pelaku, tapi juga masyarakat luas menjadi korban akibat teror bom tersebut. Seperti teror bom di gereja di Makassar, korban luka adalah petugas gereja dan jemaat. Dari data yg ada 5 petugas gereja dan 4 jemaat terkena serpihan bom.

Baca Juga :   IPW Desak Kapolri Evaluasi Kasus Perkosaan Anak di Luwu Timur

“Tragisnya ledakan bom terjadi pada peringatan Minggu Palma. Bom meledak sekitar pukul 10.30 WITA atau 09.30 WIB. Minggu Palma merupakan awal dari pekan suci sebelum umat kristiani merayakan Paskah pada pekan depan,” jelas Neta.

IPW berharap, kasus teror bom, terutama yg menyerang gereja ini, merupakan yang pertama dan terakhir di era Kapolri Sigit. Untuk itu Kapolri yg diperkuat oleh para Kapolda dan Kapolres harus melakukan pagar betis agar para teroris tidak mendapat celah untuk beraksi. Sebab dalam pantauan IPW, selain Sulsel masih ada sembilan daerah lain yg tergolong rawan teroris, yakni Sulteng, Jatim, Jateng, Jogja, Jabar, Jakarta, Banten, Lampung, dan Sumut.

Baca Juga :   IPW Desak Kapolri Evaluasi Kasus Perkosaan Anak di Luwu Timur

“Tingkat kerawanan ini makin tinggi tatkala konflik polri dengan ormas keagamaan yg dipimpin rizieq tak kunjung selesai. Belum tuntasnya kasus penembakan di km 50 tol Cikampek menyimpan dendam tersendiri bagi kelompok kelompok tertentu, yg bukan mustahil dendam itu berpotensi menimbulkan aksi teror. Fenomena inilah yg patut dicermati jajaran kepolisian ke depan agar aksi aksi teror bisa ditekan,” ucapnya.(HAB)

MIXADVERT JASAPRO