Wisata  

We Love Bali, Bangkitkan Kembali Objek Wisata Desa Tenganan Karangasem di Masa Pandemi

jagatBisnis.com – Keindahan alam destinasi wisata Bali memang tidak perlu diragukan lagi. Sebut saja wisata pantai, wisata Pura dan masih banyak yang lain. Jika ingin menikmati nuansa alam Bali yang berbeda dari destinasi lainnnya, maka tidak ada salahnya kalau Anda berkunjung ke Desa Tenganan.

Desa adat Tenganan ini terletak di Timur Pulau Bali tepatnya di Kecamatan Manggis Kabupaten Karang Asem, Bali. Nama Tenganan sendiri berasal dari kata tengah atau ngatengahang yang memiliki arti bergerak ke daerah yang lebih dalam. Kata tersebut berhubungan dengan pergerakan masyarakat desa dari daerah pinggir pantai ke daerah pemukiman di tengah perbukitan, yaitu Bukit Barat (Bukit Kauh) dan Bukit Timur (Bukit Kangin).

Desa Tenganan Karangasem, merupakan salah satu dari tiga desa di Bali yang termasuk kategori Bali Aga. Dua diantaranya adalah Desa Trunyan di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli dan Desa Sembiran di Kecamatan Tejakule, Kabupaten Buleleng.

Baca Juga :   Program We Love Bali di Bali Banana Cacao Park

Arti dari Bali Aga adalah desa di pulau Bali yang gaya hidup masyarakatnya, masih berpedoman pada peraturan dan adat istiadat peninggalan leluhur, dari jaman sebelum kerajaan Majapahit.

Mayoritas mata pencaharian penduduk desa Tenganan adalah petani padi. Namun ada pula yang membuat aneka kerajinan lain diantaranya kerajinan yang sangat khas dari Tenganan yaitu anyaman bambu, ukiran, lukisan diatas daun lontar yang telah dibakar serta kain tenun Gringsing yang langsung dibuat oleh masyarakat Tenganan.

Selasa (8/12) siang, peserta rombongan dari program We Love Bali menyambangi Desa Tenganan Karangasem. Mereka tampak antusias mendengarkan penjelasan dari pemandu wisata.

Di Desa Tenganan ini, rombongan dari program We Love Bali sempat bertegur sapa dengan Nyoman Arini salah satu pengrajin Tenun Gringsing.

Diakui Nyoman Arini bahwa selama Pandemi virus Covid-19 ini, pendapatannya menurun drastis. Hal ini karena sepinya wisatawan yang berkunjung ke Desa Tenganan Karangasem.

Baca Juga :   We Love Bali, GWK Buka Kembali dan Aman untuk Wisatawan

Di objek wisata ini, wisatawan juga bisa membeli beragam suvenir menarik seperti lukisan telur atau pun kain tenun Gringsing.

“Kalau kain tenun Gringsing ukuran pendek ini saya biasa menjualnya 1 juta rupiah. Untuk ukuran yang lebih panjang ini 2 juta rupiah. Lalu untuk lukisan telur yang terbuat dari kayu ini harganya Rp 250.000,” kata Nyoman Arini.

Hadirnya program We Love Bali yang dipelopori oleh Kemenparekraf bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Bali ini diharapkan mampu membangkitkan industri sektor pariwisata Bali yang menurun selama masa new normal Pandemi virus Covid-19.

Penduduk di desa ini, juga memiliki tradisi yang sangat unik dan menjadi daya tarik utama pariwisata Tenganan Pegringsingan. Setiap tahun antara bulan Juni dan Juli, digelar tradisi Mekare-kare/Mageret Pandan (perang pandan). Yaitu ritual sepasang pemuda desa, saling sayat menggunakan duri – duri dari daun pandan di atas panggung.

Baca Juga :   We Love Bali, Ajak Wisatawan Menikmati Sunset Memukau di Pura Tanah Lot

Perang Pandan ini bukan Perang sungguhan, melainkan hanya sebuah tradisi tahunan saja yang diikuti oleh penduduk Desa tersebut maupun wisatawan yang ingin mencobanya.

Walau Perang Pandan menimbulkan luka yang cukup membuat kulit terasa perih, namun penduduk Desa Tenganan Karangasem ini memiliki obat ramuan yang ampuh untuk mengobatinya. Obat anti septik tersebut didapatkan dari umbi – umbian yang diolesi langsung di kulit yang terluka.

Jika Anda ingin berkunjung, Desa Tenganan Karangasem ini berjarak sekitar 70 kilometer dari Bandara Ngurah Rai Bali. Perjalanan menuju ke desa ini dari Bandara Ngurah Rai, akan menempuh waktu kurang lebih 1 jam 45 menit dengan menggunakan kendaraan roda empat. Jika terjadi kemacetan di jalan maka akan memakan waktu perjalanan lebih lama.(saf)

MIXADVERT JASAPRO