“Namun,” Ridwan menambahkan, “kesokan harinya suasana terjadi euforia, yang [ketika] kadang-kadang jumlahnya keburu membesar, itu terjadi dua pilihan: menegakkan secara represif atau melakukan pendekatan humanis mengawal, jangan sampai ada hal merugikan secara publik.”
Namun, saat acara terjadi jumlah pengunjung terus berdatangan sehingga aparat setempat memilih tindakan pengawalan. Bahkan, dampak kegiatan berujung pada pencopotan Kepala Polda Jawa Barat.
“Saya mengimbau khususnya pemimpin ormas, komunitas termasuk FPI, untuk paham bahwa menyelesaikan COVID-19 ini harus dilakukan partisipasi publik; tidak bisa mengandalkan aparat saja karena benteng COVID-19 ini 3M. Mohon memahami, tanpa partisipasi publik sampai kapan pun COVID-19 tidak bisa dikendalikan,” katanya. (ser)
Discussion about this post