Di Hari Kemerdekaan Ukraina, Rudal Rusia Tewaskan 22 Warga Sipil

JagatBisnis.com –  Serangan udara Rusia menewaskan 22 warga sipil dan mencederai 50 lainnya di wilayah timur Ukraina pada Rabu (24/8).

Pasukan Rusia melancarkan dua serangan berbeda di Chaplyne. Kota tersebut terletak sekitar 145 kilometer dari wilayah yang telah dikuasai Rusia, yakni Donetsk.

Serangan pertama menewaskan seorang anak laki-laki berusia 11 tahun ketika rudal menerjang rumahnya. Otoritas menerangkan, lima korban lainnya terbakar hingga tewas dalam kendaraan.
Rentetan rudal kemudian turut menghantam stasiun kereta api. Alhasil, lima gerbong kereta

dilalap api. Hingga 22 orang tewas dalam serangan tersebut.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengumumkan kabar itu dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB (UNSC). Sejauh ini, Rusia belum memberikan tanggapan. Pihaknya telah berulang kali membantah tuduhan menargetkan infrastruktur sipil.

Baca Juga :   Jerman: Bantuan Senjata untuk Ukraina Telah Mencapai Batas

“Beginilah persiapan Rusia untuk pertemuan Dewan Keamanan PBB,” ujar Zelensky, dikutip dari BBC, Kamis (25/8).

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, membuat komentar dalam pertemuan itu. Dia menggambarkan perang tersebut sebagai tindakan yang tidak masuk akal. Guterres menekankan risiko kemiskinan ekstrem bagi seluruh dunia.

Gempuran terbaru bahkan bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Ukraina. Peringatan itu turut menandai markah enam bulan sejak awal invasi Rusia pada 24 Februari.

Zelensky telah memperingatkan potensi serangan lanjutan menjelang hari tersebut. Penasihat Zelensky, Oleksiy Arestovych, kemudian mengonfirmasikan dugaan itu.

Menghindari Kiev, Rusia menargetkan kota-kota sepanjang garis depan medan perang. Pihaknya menggempur Kharkiv, Mykolaiv, Nikopol, dan Dnipro.

“Penembakan besar-besaran di Ukraina pada Hari Kemerdekaan,” cuit penasihat presiden lainnya, Mykhailo Podolyak.

Baca Juga :   12 WNI dari Ukraina Telah Dipulangkan ke Tanah Air

Ukraina mendeklarasikan kemerdekaan dari Uni Soviet pada Agustus 1991. Kerumunan orang lantas turun ke jalanan di berbagai penjuru dunia untuk memperingatinya. Para pemimpin dunia juga berkumpul untuk memperkuat solidaritas.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mendadak muncul di Kiev. Dia mengumumkan bantuan militer senilai GBP 54 juta (Rp 946 miliar). Pesan dukungan turut berhamburan dari Australia, Jerman, Finlandia, Polandia, dan Turki.

Zelensky sendiri telah membatalkan perayaan publik di Kiev. Sebab, Rusia dapat menargetkan pertemuan sipil semacam itu. Sirene serangan udara sempat meraung setidaknya tujuh kali di ibu kota tersebut.

Kendati demikian, sebagian penduduk tetap menyusuri Jalan Khreshchatyk. Mereka melihat jajaran sisa tank dan kendaraan lapis baja Rusia yang ditangkap oleh militer Ukraina.

Baca Juga :   Presiden Ukraina Terus Minta Bantuan Barat Beri Sanksi terhadap Rusia

Zelensky dan istrinya pun menghadiri upacara penghormatan korban perang di Kiev. Mereka meletakkan bunga berwarna kuning dan biru di Tembok Peringatan Pembela yang Gugur.

Sementara itu, Rusia melewati markah setengah tahun perang itu dengan tenang. Kremlin awalnya menjanjikan ‘operasi militer khusus’ yang singkat. Tetapi, perlawanan sengit justru memukul pasukannya mundur dari ibu kota.

Selang beberapa bulan kemudian, Rusia memusatkan serangan terhadap wilayah separatis di timur. Dalam beberapa pekan terakhir, garis depan pun perang hampir tidak berkutik.

“Musuh mengira kami akan menyambut mereka dengan bunga dan sampanye, tetapi malah menerima karangan bunga dan bom molotov,” kata Zelensky. (pia)

MIXADVERT JASAPRO