PKS Minta BI Cermat Melihat Perkembangan Global dan Kondisi Ekomomi Domestik

Ketua DPP PKS Bidang Ekonomi dan Keuangan, Anis Byarwati

JagatBisnis.com –  Dalam laporannya Global Economic Prospects edisi Juni 2022, Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,9 persen pada tahun 2022. Angka itu lebih rendah 1,2 persen dari proyeksi edisi Januari 2022 yang sebesar 4,1 persen. Sehingga ketidakpastian ekonomi global diprakirakan masih akan tinggi seiring dengan makin mengemukanya risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan inflasi global, termasuk sebagai akibat dari makin meluasnya kebijakan proteksionisme terutama pangan, yang ditempuh oleh berbagai negara.

Merespon hal tersebut, ketua DPP PKS Bidang Ekonomi dan Keuangan, Anis Byarwati mengatakan Bank Indonesia (BI) harus cermat melihat perkembangan global dan kondisi ekomomi domestik. Karena ketidakpastian masih sangat tinggi. Apalagi, tren perkembangan inflasi dan depresiasi rupiah harus menjadi pertimbangan dalam menentukan suku bunga acuan. Sehingga dampaknya langsung dirasakan bagi perekonomian nasional.

“Untuk itu, BI harus terus mengamati kebijakan Bank sentral Amerika Serikat The Fed yang sudah menaikkan suku bunga sampai 150 bps (basis point) hingga saat ini. Kebijakan ini untuk merespons angka inflasi Amerika Serikat yang menembus 9,1 persen pada Juni 2022, tertinggi dalam empat dekade terakhir,” kata Anis dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (26/7/2022).

Baca Juga :   Komisi Xl: Pencalonan Anggota BPK Harus Sesuai Ketentuan UU

Menurut dia, BI juga harus mempertimbangkan kondisi stagflasi yang sedang melanda perekonomian global karena imbasnya sampai ke Indonesia. Apalagi, risiko dampak perlambatan ekonomi global dan inflasi yang tinggi sewaktu-waktu bisa mengancam pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Untuk itu, BI harus terus mewaspadai risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti ke depan. Bahkan, perkembangan inflasi sampai semester I tahun 2022 menunjukkan ada kenaikan inflasi pada Volatile Food dan Administered Price.

Baca Juga :   FPKS Jadi Satu-satunya Fraksi yang Menolak Kenaikan PPN

“Sebenarnya, langkah-langkah yang diambil BI sudah tepat. Karena BI tidak hanya sekedar mempertimbangkan aspek suku bunga acuan semata. Tetapi juga melakukan bauran instrumen kebijakan dalam menghadaipi kondisi saat ini. Baik melalui stabilisasi nilai tukar rupiah, penguatan operasi moneter, dan suku bunga. Makanya, kebijakan BI tentu diharapkan dapat memberikan kepastian pada sektor riil yang baru mulai menggeliat terutama sektor UMKM,” terangnya.

Baca Juga :   Ini Alasan PKS Angkat Wanita Kristiani Jadi Dewan Pakar

Dia menambahkan, kebijakan yang menahan suku bunga acuan ini diharapkan dapat menjaga suku bunga perbankan. Sehingga bunga bank pun tidak mengalami kenaikan. Kredit perbankan bisa tetap tumbuh. Bahkan, stabilitas perekonomian bisa tetap terjaga dan pemulihan ekonomi bisa berjalan dengan baik. (eva)

MIXADVERT JASAPRO