KAI Mulai Alami Pemulihan Peningkatan Jumlah Penumpang

JagatBisnis.com –  PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI mulai mengalami pemulihan peningkatan jumlah penumpang. Karena sejak 2020 hingga 2021 mengalami tekanan yang cukup menegangkan untuk menghadapi pandemi Covid-19 karena turunnya penumpang yang signifikan. Namun, pada sejak April 2022 sudah terlihat pemulihannya.

“Sementara itu, untuk angkutan barang dalam 3 tahun tetakhir tidak mengalami dampak tekanan yang signifikan. Untuk itu, angkutan barang menjadi penopang kami sejak terdampak pandemi Covid-19,” Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo saat memberikan paparan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (6/7/2022).

Didiek menjelaskan, angkutan penumpang kereta api (KA) pada 2019 berhasil mengangkut 429 juta orang dalam waktu satu tahun. Lalu pada 2020 karena pandemi turun signifikan 56 persen, hanya ada 186 juta penumpang yang naik kereta karena adanya pembatasan mobilitas. Sedangkan pada 2021, jumlah penumpang turun sekitar 70 persen dibanding 2020 atau hanya mengangkut 154 juta penumpang.

Baca Juga :   PT KAI Berhasil Jual 76.384 Tiket Promo dalam KAI Access Online Travel Fair

“Ini karena pada 2020 efek pandemi pertengahan Maret. Sementara pada 2021 sepanjang tahun adalah masa pandemi sehingga angkutan penumpang tertekan,” ungkapnya.

Baca Juga :   KAI Bakal Tutup Tiga Perlintasan Liar Bojonggede-Citayam

Dia menambahkan, untuk angkutan barang, pada 2019 mengangkut 47 juta ton yang mayoritas batubara di Palembang dan Tanjungbarang. Lalu pada 2020 juga turun hanya mengangkut 45 juta ton. Sementara pada 2021, angkutan barang mengangkut 50 juta ton naik 11 persen dibanding 2020.

“Maka, pendapatan kami pada 2021 mencapai Rp15,5 triliun. Pendapatan tersebut terdidi dari angkutan barang Rp7,4 triliun, angkutan penumpang Rp2,4 triliun, dan kompensasi penerintah mengenai PSO dan IMO sekitar Rp4,9 triliun serta pendapatan lainnya sekitar 12 persen atau Rp1,8 triliun dari angkutan pendukung dan non angkutan. Jadi memang dari total pendapatan 2021 meningkat dari 2020 sekitar delapan persen,” beber Didiek.

Baca Juga :   Pelanggan KA Jarak Jauh yang Belum Booster Wajib Tes PCR

Sementara itu pada 2020, Didiek melanjutkan, pihaknya mengalami kerugian sebesar Rp1,7 triliun karena angkutan penumpang turun signifikan. Lalu pada 2021, berhasil menekan rugi menjadi Rp359 miliar.

“Sekarang ini, transportasi berbasis KA masih rendah. Kami harapkan pemerintah bisa mendorong peningkatan angkutan menggunakan KA,” tegas Didiek. (*/esa)

MIXADVERT JASAPRO