JagatBisnis.com – Pemerintah Sri Lanka diguncang badai ekonomi hebat sepanjang sejarahnya yang merdeka pada 1948. Salah satu pemantiknya utang infrastruktur yang dicekoki China melalui Belt and Road Initiative (BRI).
Gubernur Bank Sentral Sri Langka atau Central Bank of Sri Lanka (CBSL), Nandalal Weerasinghe mengakui keuangan Sri Langka tengah payah. Menurut mantan direktur eksekutif alternatif Dana Moneter Internasional (IMF) itu, Sri Langka sudah tidak mampu lagi membayar utang.
Mengutip dari Times of India, Senin (27/6/2022), simpanan dolar AS yang tersisa di brangkas pemerintah Sri Langka. Mau-tak mau, pemerintah memprioritaskan urusan perut ketimbang bayar utang.
“Kami harus fokus untuk mengimpor kebutuhan pokok. Bukan membayar utang luar negeri. Kita sudah sampai di titik membayar utang menjadi sangat menantang dan tidak mungkin,” kata Weerasinghe.
Discussion about this post