Ekonomi Sirkular Jadi Solusi Sampah Plastik Didaur Ulang

JagatBisnis.com – Jumlah sampah plastik yang mencemari lingkungan di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, bila tidak ada upaya serius untuk mengatasinya. Sehingga perlu ada perubahan mindset, dari ekonomi linear ke ekonomi sirkular, agar sampah plastik tidak dibuang begitu saja dan merusak lingkungan. Namun, sampah plastik dapat didaur ulang dan memberikan nilai ekonomi.

“Sampah plastik, khususnya sampah kemasan plastik terus meningkat ragamnya, baik secara global maupun nasional. Komposisinya meningkat dari 10-11 persen menjadi 16-17 persen rata-rata nasional. Jika tidak ada kebijakan dan program yang extra ordinary, maka di tahun 2050 komposisi sampah plastik bisa mencapai 40-50 persen sampah kita,” kata Direktur Pengurangan Sampah, Dirjen PLSB3, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sinta Saptarina Soemiarno, dalam diskusi “Bicara Ekonomi Sirkular: Pentingnya Data dan Treceability Sampah Plastik”, secara virtual, Kamis (9/6/2022).

Memurutnya, dalam Undang-Undang No.18 tahun 2008 tentang pengolahan sampah sudah tegas menyatakan setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga, wajib mengurangi dan wajib menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan. Dalam undang-undang itu juga, pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan produksi menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sedikit mungkin. Selain itu, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang atau mudah diuraikan oleh proses alam.

Baca Juga :   KAI Gunakan Kemasan Makanan Ramah Lingkungan untuk Kurangi Sampah Plastik  

“Kami juga telah menerbitkan Peraturan Menteri LHK No.75 tahun 2019 tentang peta jalan pengurangan sampah oleh produsen. Aturan tersebut merupakan upaya konkret pemerintah untuk mengurangi polusi plastik dan membuat nilai ekonomi plastik ini terus dijaga dan dimanfaatkan secara berulang. Permen itu menjadi dasar para produsen untuk membangun prinsip yang berkelanjutan,“ ungkapnya.

Baca Juga :   300 Jaring di Aliran Sungai Selat Bali Dipasang untuk Kurangi Sampah Plastik

Pada kesempatan yang sama, Head of Sustainable Environment Unilever Indonesia Foundation Maya Tamimi, menambahkan, permasalahan sampah salah satunya bisa diurai dengan menerapkan ekonomi sirkular. Maka, setiap produsen sepatutnya memiliki roadmap yang jelas dan terukur dalam mendukung upaya pengumpulan dan daur ulang sampah utamanya sampah plastik menuju ekonomi sirkular.

“Jadi, bagaimana plastik itu menjadi bermanfaat ekonomi tetapi tidak mencemari lingkungan. Karena kami telah menetapkan sejumlah komitmen global untuk menanggulangi permasalahan sampah plastik itu. Diantaranya dengan mengurangi 1/2 dari penggunaan plastik baru dengan cara mengurangi penggunaan kemasan plastik sebanyak lebih dari 100 ribu ton,” paparnya.

Baca Juga :   300 Jaring di Aliran Sungai Selat Bali Dipasang untuk Kurangi Sampah Plastik

Sementara itu, Head of Collect Waste4Change Rizky Ambardi, mengungkapkan, dari sekitar 5,4 juta plastik yang dihasilkan di Indonesia, hanya sekitar 12 persen yang didaur ulang untuk menjadi kemasan produk baru. Sisanya, sekitar 4,8 juta sampah plastik itu tidak terkelola dengan baik.

“Sekitar 48 persen dibuang di TPA dan dibakar, 13 persen di tempat pembuangan ilegal dan 9 persen ke perairan Indonesia. Sehingga perlu ada perubahan pola pikir masyarakat secara umum, dari linear ekonomi ke sirkular ekonomi. Dalam pola pikir linear ekonomi, yang terjadi adalah produksi, konsumsi dan sampahnya dibuang. Sebaliknya, dalam ekonomi sirkular, yang terjadi adalah produksi, konsumsi dan kemudian sampahnya diolah untuk digunakan kembali,” tutup Rizky. (eva)

MIXADVERT JASAPRO