Selain itu, ia mengkritisi, gonta ganti kebijakan minyak goreng sampai akhirnya pemerintah melarang ekspor CPO. Sebab, Bhima mengamati, kebijakan tersebut malah tak kunjung memperbaiki harga minyak goreng.
“Minyak goreng itu pasca-pelarangan CPO harga nggak mengalami penurunan dari Rp 23.000 rata-rata sekarang Rp 24.500. Justru naik secara rata-rata di migor kemasan,” ujarnya.
Bhima pun meyakini, pengawasan minyak goreng curah terbilang sulit bila pemerintah menggelontorkan subsidi saja. Sementaram petani sawit dibiarkan mengalami kesusahan akibat pelarangan ekspor CPO.
“Kebijakan populis (pelarangan ekspor), tapi nggak ngaruh sama sekali. Justru petani sawit swadaya harga jual sawit turun tapi ketika mau beli minyak goreng barangnya naik,” ucap Bhima. (pia)
Discussion about this post