Korut Laporkan Kematian Pertama Akibat COVID-19

JagatBisnis.com – Sedikitnya satu orang yang dikonfirmasi positif COVID-19 telah meninggal dunia di Korea Utara dan 350.000 orang lainnya menunjukkan gejala demam, menurut laporan media pemerintah KCNA.

Sebanyak 187.800 orang dirawat di ruang isolasi setelah demam yang tidak diketahui asalnya ‘menyebar secara luas ke seluruh negeri’ sejak akhir April, tetapi KCNA tidak menyebutkan berapa banyak di antara mereka yang dinyatakan positif COVID-19.

Sedikitnya enam orang yang menunjukkan gejala demam meninggal dunia. Salah satu di antaranya dipastikan sebelumnya tertular varian virus Omicron, kata KCNA.

Pemimpin Korut Kim Jong-un mengunjungi pusat komando anti virus pada Kamis (12/5/2022) untuk memeriksa situasi.

Baca Juga :   Biden Bakal Kunjungi Pabrik Samsung di Korea

Ia sebelumnya menyatakan ‘keadaan darurat paling parah’ dan memerintahkan penguncian wilayah (lockdown) secara nasional pada hari yang sama.

Korut mengatakan wabah itu dimulai di Ibu Kota Pyongyang pada April lalu.

Media pemerintah tidak memerinci penyebab wabah itu, tetapi Pyongyang menyelenggarakan beberapa acara publik besar-besaran pada 15 dan 25 April, termasuk parade militer dan pertemuan besar, saat kebanyakan orang tidak memakai masker.

Kim mengkritik bahwa penyebaran demam secara terus-menerus dengan wilayah ibu kota sebagai pusat wabah menunjukkan bahwa ada titik rentan dalam sistem pencegahan epidemi yang telah dibuat negara itu.

Kim mengatakan mengisolasi dan merawat secara aktif orang-orang yang demam merupakan prioritas utama.

Baca Juga :   Begini Kondisi Jakarta Dalam Sepekan di Tengah Kenaikan Kasus Corona

Ia juga menyerukan metode dan taktik perawatan ilmiah ‘dengan tempo kilat’ dan memperkuat langkah-langkah untuk memasok obat-obatan.

Dalam laporan lain, KCNA mengatakan otoritas kesehatan berusaha mengatur sistem pengujian dan perawatan serta meningkatkan upaya desinfeksi.

Penyebaran virus yang cepat menyoroti potensi krisis besar di negara yang kekurangan sumber daya medis itu. Korut menolak bantuan internasional untuk vaksinasi dan telah menutup perbatasannya.

Kalangan analis mengatakan wabah COVID-19 tahun ini dapat memperburuk krisis pangan serta di negara yang terisolasi itu.

Lockdown, kata mereka, akan menghambat perjuangan keras melawan kekeringan dan mobilisasi tenaga kerja di negara itu.

Baca Juga :   China Gunakan Swab Anal Deteksi COVID-19 karena Dinilai Lebih Akurat

Korut, yang telah menolak pasokan vaksin dari program berbagi vaksin global COVAX dan China, mungkin membuat sebagian besar orang dalam masyarakat yang relatif muda berisiko lebih tinggi terinfeksi.

Calon menteri unifikasi dari Korsel yang bertanggung jawab atas hubungan antar-Korea Kwon Young-se menyatakan bersedia mendorong bantuan kemanusiaan untuk Korut, termasuk perawatan COVID-19, mengirim persediaan jarum suntik dan peralatan medis lainnya.

Sementara itu, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa negaranya tidak berencana mengirim vaksin ke Korut tetapi mendukung upaya internasional untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang rentan di sana.

AS pun mendesak Pyongyang untuk memfasilitasi upaya tersebut.(pia)

MIXADVERT JASAPRO