Ini Beberapa Faktor Kenapa Mudik Lebaran Masih Macet

JagatBisnis.com –  Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) melakukan evaluasi mudik lebaran 2022 atau 1443 hijriah. Hasil evaluasi tersebut menunjukkan macet mudik lebaran masih menjadi masalah yang tidak bisa diselesaikan dalam sekali duduk.

Perwakilan MTI Jakarta, Prof. Ir. Leksmono mengatakan, masalah mudik tahunan Indonesia ini memang kompleks. Sebab, bukan hanya ketidakmampuan pemerintah menyediakan solusi, tapi juga dari perilaku mudik masyarakat yang kerap memperparah kemacetan.

Dari sisi pengambil kebijakan, menurut Leksmono, pemerintah masih belum mampu menghubungkan transportasi umum antar wilayah atau dalam kota. Akibatnya, secara kalkulasi efisiensi, masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi: motor dan mobil.

“Dibanding dengan bus, mobil dan sepeda motor pribadi dipandang memberi akses langsung door to door baik untuk perjalanan antar kota maupun perjalanan di kota atau desa tujuan,” ungkap Leksmono dalam diskusi virtual bertajuk “Evaluasi Angkutan Lembaran 2022 M/1443 H”, Sabtu (14/5).

Baca Juga :   Urbanisasi Meningkat, Desa Terancam Kehilangan SDM Produktif

Untuk kebijakan di arus bebas hambatan alias tol, Leksmono pun menilai masih belum tertata sempurna. Ia bahkan mengkritik pemberlakukan contraflow saat kondisi lalu lintas statis.

“Padahal lalu lintas adalah sesuatu yang dinamis. Akibatnya, keputusannya kurang valid dan kurang berguna,” kata Leksmono.

Lalu rest area (RA) di jalan tol pun jadi sorotan Leksmono. Ia bahkan menyebutnya sebagai recreation area. Alasannya, karena rest area melayani melayani berbagai kebutuhan, termasuk yang tidak primer.

“Padahal, yang dibutuhkan hanya toilet dan tempat pertukaran pengemudi. Yang gagal, RA masih menutupi bahu jalan,” ungkap Leksmono.

Sementara, dari sisi perilaku masyarakat saat mudik salah satunya adalah soal perhitungan logistik. Kata dia, tidak sedikit pemudik yang berhenti di bahu jalan karena mogok dan kehabisan bahan bakar.

Baca Juga :   16.000 Kendaraan Pemudik Padati Tol Sumatera pada H-4 Lebaran

Lazim juga ditemukan pengemudi saat akan masuk gerbang tol, kartu tol-nya malah rusak atau kurang dana. Hal-hal yang mestinya sepele ini juga sering menghambat arus pintu tol.

“Hal ini akibat perencanaan logistik kendaraan yang tidak cermat,” kata Leksmono singkat.

Penyebab macet lain yang juga tidak bisa diabaikan, tambah dosen Universitas Tarumanegara itu, adalah soal psikologis. Menurutnya, kondisi di jalan saat mudik sangat mempengaruhi psikis pengemudi dan membuat tidak cermat dalam berkendara.

“Secara psikologis, pengguna jalan sudah lelah dan tertekan karena terlibat kemacetan panjang. Akibatnya, yang bersangkutan terkadang kurang bijaksana dalam mengemudi, misalnya dengan berpindah-pindah lajur yang diperkirakan mempercepat tempuhnya, padahal itu justru menambah konflik dan memperpanjang waktu tempuh kendaraan di dalam sistem,” imbuhnya.

Baca Juga :   DKI Siagakan 7 Terminal Bus Angkut Pemudik

Lalu apakah masih adakah ruang untuk perbaikan ke depan?
Kata Leksmono masih ada. Syaratnya, semua pemangku kepentingan di tingkat nasional hingga paling bawah harus bersinergi selama dan setelah mudik dan arus balik untuk menghasilkan solusi dan kebijakan terbaik.

Kemudian, lanjut dia, kita tidak boleh hanya menyalahkan petugas, tapi pengguna jalan juga harus smart dan bijak agar tidak dirugikan dalam situasi mudik atau arus balik yang sangat rumit.

“Di sisi lain, sikap ini juga akan mencegah yang bersangkutan merugikan pihak pengguna jalan yang lain,” pungkasnya. (pia)

MIXADVERT JASAPRO