Pemerintah Berencana Naikkan Harga Pertalite

JagatBisnis.com – Rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM jenis Pertalite berpeluang melambungkan inflasi dan memperlebar kesenjangan. Apalagi, konsumsi masyarakat belum pulih ke level sebelum pandemi. Yang miskin pun semakin miskin.

“Jika melihat data penjualan mobil dan motor kuartal I-2022, itu mencerminkan terjadinya kesenjangan. Penjualan mobil sudah meningkat tapi penjualan motor masih lebih rendah dibandingkan dengan sebelum pandemi,” kata Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif CORE Indonesia dalam webinar ‘Quarterly Review 2022: Menghadang Inflasi Menuju Kondisi Pra-Pandemi’ di Jakarta, Selasa (19/4/2022).

Faisal menegaskan, untuk beberapa sektor belum pulih atau kembali ke level sebelum pandemi. Kesenjangan tersebut terjadi lantaran inflasi yang dipicu oleh oleh kenaikan gas LPG sebelumnya. “Kesenjangan itu akan semakin parah jika pemerintah benar-benar menaikkan harga Pertalite di 2022,” ucap Faisal tandas.

Baca Juga :   Pertamina Pangkas Kuota Pertalite di Papua

Ia menjelaskan, inflasi pra-Pandemi berada di level 3%. Dalam hitung-hitungan Faisal, dengan kenaikan harga BBM jenis Pertalite ke Rp9.000 per liter dari Rp7.650 saat ini, berpotensi mengerek naik inflasi mencapai 5% hingga 5,5% untuk full year 2022.

“Ini jelas akan memperlebar kesenjangan antara kelompok atas dengan kelompok bawah,” timpal dia. “Jadi, ada perbedaan nasib yang signfikan antara kelas menengah dengan kelas bawah. Yang miskin makin miskin.”

Baca Juga :   BPH Migas Lakukan Pengendalian Konsumsi Kuota BBM Subsidi

Kesenjangan Harus Jadi Perhatian Pemerintah
Kondisi tersebut, kata dia, perlu menjadi perhatian dan pertimbangan pemerintah. Pemerintah jangan hanya melihat faktor agregat Produk Domestik Bruto (PDB), tapi juga isu kesenjangan di dalamnya.

“Secara riil kesenjangan itu terlihat dari antrean Ibu-Ibu berebut minyak goreng murah, bahkan ada yang meninggal. Sedangkan untuk kelas atas, kenaikan harga minyak goreng hingga Rp50 ribu tak terlalu masalah,” tukas Faisal.

Lebih jauh ia menjelaskan proyeksi PDB Indonesia dari CORE Indonesia untuk kuartal I-2022. Angkanya berada di kisaran 4,5% hingga 5%. Sementara untuk full year angkanya masih sama dengan proyeksi sebelumnya di kisaran 4-5%.

Baca Juga :   Diperkirakan Hanya 25 Persen Pengguna Pertamax Migrasi ke Pertalite

“Namun, meski angka proyeksi tersebut masih sama, kisaran tersebut memiliki makna yang berbeda,” tuturnya.

Sebelumnya, kata Faisal, pertumbuhan terdorong oleh konsumsi rumah tangga. Sekarang yang menjadi pendorongnya adalah kinerja ekspor yang besar. “Jadi, lebih terpicu oleh faktor eksternal,” ucapnya.

Di lain sisi, konsumsi rumah tangga saat ini, kata dia, belum mengalami full swing. Belum lagi dengan aspek distribusi dan lain-lain. “Disparitas antara pulihnya kinerja ekspor dan konsumsi rumah tangga yang belum pulih juga menunjukkan kesenjangan,” imbuhnya. (pia)

MIXADVERT JASAPRO