Awal Ramadan di Tahun 2022 Kembali Beda

Ilustrasi Berdoa

JagatBisnis.com – Bulan suci Ramadan sudah tiba. Mengawali bulan puasa ini, masyarakat berbondong-bondong menyiapkan berbagai hal. Menjadwalkan buka bersama hingga mencari takjil, umat Islam menyambut bulan suci dengan sukacita.

Namun ada yang berbeda di awal Ramadhan tahun ini. Kementerian Agama mengumumkan 1 Ramadhan jatuh pada Minggu (3/4). Hal yang sama dengan PBNU. Sementara, Muhammadiyah sudah mulai berpuasa pada Sabtu (2/4).

Kendati demikian, dinamika semacam itu pernah terjadi. Masyarakat mendapati fenomena serupa ketika menjalani Ramadhan pada 2013 dan 2014 lalu.

Pernah menetapkan 1 Ramadhan 1434 H jatuh pada 9 Juli 2013. Berselisih satu hari, Kemenag memutuskan awal Ramadhan pada 10 Juli 2013.

Saat itu, pemerintah menggunakan dua pendekatan, yakni penghitungan hisab dan kegiatan rukyat.

“Jadi, melakukan penghitungan yang namanya hisab tentang hilal (bulan), lalu membuktikan secara empirik, visual, melalui pengamatan atas hilal di beberapa titik di seluruh Indonesia,” kata

Direktur Jenderal Bina Masyarakat Islam Kemenag pada saat itu, Abdul Jamil, pada Senin (8/7/2013), seperti dikutip dari BBC.

Perbedaan dalam kurun waktu sehari itu kembali muncul pada 2014. Muhammadiyah memutuskan awal Ramadhan 1435 H jatuh pada 28 Juni 2014. Sementara pemerintah mengumumkan awal Ramadhan ialah 29 Juni 2014.

Menag pada saat itu, Lukman Hakim Saifuddin, menjelaskan hasil sidang isbat. Lukman menerangkan, sejumlah petugas yang memantau dari 63 titik tidak melihat hilal. Sedangkan metode hisab hakiki wujudul hilal dari Muhammadiyah menemukan hilal sudah wujud.

Namun setelah itu, awal Ramadhan yang ditentukan Kemenag dan Muhammadiyah selalu sama. Tapi pada tahun 2022, fenomena itu kembali terjadi.

Sebagaimana diketahui, Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah mengeluarkan Maklumat Nomor 01/MLM/1.0/E/2022 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1443 Hijriah.

Maklumat itu menuliskan, 1 Ramadan 1443 Hijriah jatuh pada Sabtu (2/4). Muhammadiyah tetap berpegang teguh pada pedoman hasil hisab hakiki wujudul hilal.

Di sisi lain, pemerintah mengadopsi standar baru. Kemenag kini memeluk standar Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) 2021, yakni berdasarkan ketinggian hilal minimal 3 derajat

Keputusan itu kemudian mendandai awal ibadah puasa menjadi jatuh pada Minggu (3/4). Hal itu diumumkan Kemenag usai sidang isbat pada Jumat (1/4).

Sidang tersebut mempertimbangkan hasil perhitungan secara astronomis (hisab) dan hasil konfirmasi lapangan melalui mekanisme pemantauan (rukyatul) hilal.

“Dari 101 titik, semua melaporkan tidak melihat hilal. Berdasarkan hasil hisab dan laporan rukyatul hilal, secara mufakat menetapkan bahwa 1 Ramadan jatuh pada hari Ahad, 3 April 2022 Masehi,” jelas Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, sebagaimana dikutip dari laman resmi Kemenag.

Perbedaan tersebut lantas memicu pertanyaan di masyarakat. Sebagian menilik perbedaan metode sebagai akarnya. Sementara itu, sebagian lainnya berpendapat, kriteria tinggi derajat hilal merupakan faktor yang menentukan perbedaan.

Terlepas dari itu, perselisihan bukanlah hal yang jarang terjadi. Majelis Ulama Indonesia (MUI) kemudian meminta umat Islam bersikap bijak menyikapi perbedaan tersebut. Alih-alih menimbulkan pertikaian, MUI menekankan, perbedaan justru membawa rahmat.

“Sebagian saudara-saudara kita dari Muhammadiyah akan memulai puasanya besok hari Sabtu tidak mengurangi arti kebersamaan kita. Kita boleh berbeda tetapi kita harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan kita,” ujar Ketua MUI Abdullah Jaidi dalam konferensi pers pada Jumat (1/4).

“Karena ikhtilafu ummati rahmah, karena perbedaan yang ada adalah membawa rahmat,” pungkas Abdullah.(pia)

MIXADVERT JASAPRO